Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Dewi Astutik, Bos Kurir Narkoba, Terkait Golden Triangle dan Sindikat Afrika

Kompas.com, 5 Juni 2025, 08:59 WIB
Icha Rastika

Editor

KOMPAS.com - Warga Ponorogo, Jawa Timur, Dewi Astutik, yang kini menjadi buron Interpol terkait peredaran narkoba, ternyata memiliki rekam jejak tak main-main.

Beberapa waktu lalu, Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo mengungkapkan bahwa Dewi memang sejak lama menjadi pekerja migran Indonesia (PMI).

"Sudah lama jadi PMI," ujar Andin, Rabu (28/5/2025).

Hal serupa turut disampaikan Kepala Dusun domisili Dewi sesuai kartu tanda penduduk, Gunawan.

Berdasarkan KTP-nya, Dewi berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa/Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Menurut Gunawan, Dewi pernah bekerja di Hongkong dan Taiwan.

Baca juga: Warga Ponorogo Buron Penyelundupan 2 Ton Sabu Palsukan Identitas Jadi Dewi Astutik

Kabar terbaru, Dewi berpamitan kepada keluarganya untuk bekerja di Kamboja.

"Memang bekerja di luar negeri dan sudah lama berangkat. Ia pernah bekerja di Hongkong dan Taiwan, terakhir ini katanya di Kamboja," kata dia, Selasa (27/5/2025).

Namun, keberangkatan Dewi ke Kamboja ternyata menyisakan sejumlah kejanggalan.

Ia diduga menggunakan identitas palsu milik keluarganya.

Dewi sendiri diketahui bernama asli PA.

"Kalau foto dan alamat yang beredar itu kenalnya adalah PA, memang warga sini. Tapi, kalau nama Dewi Astutik, kita tidak kenal," ungkap warga Dusun Sumber Agung, Sri Wahyuni.

"Ibu itu (Dewi Astutik) memang KTP-nya Ponorogo. Identitas yang pertama dipalsukan, punya keluarganya. Orang situ (Ponorogo), tapi kartunya (KTP) dipalsukan," kata Andin secara terpisah.

Terendusnya nama Dewi Astutik

Nama Dewi Astutik mencuat ketika Badan Narkotika Nasional membongkar peredaran heroin seberat 2,76 kilogram di Bandara Soekarno-Hatta.

Heroin itu diamankan dari seorang pria berinisial ZM pada 24 September 2024, ketika ia baru tiba di Terminal 3 Kedatangan Bandara.

Baca juga: Foto Dewi Astutik, Buron Interpol di Balik Sabu 2 Ton Dikenali Warga Ponorogo, tetapi Namanya Beda

ZM diketahui menumpang pesawat dari Singapura. Saat pemeriksaan, ZM mengatakan bahwa heroin yang dibawanya akan diserahkan kepada SS.

BNN lantas bergerak menangkap SS dan mendapati nama pelaku lain, yakni AH.

Ternyata, AH adalah orang yang memerintahkan ZM dan SS untuk mengambil heroin dari Dewi Astutik di Kamboja.

Berdasarkan petunjuk itu, BNN akhirnya mengamankan AH di Medan, Sumatra Utara.

Lingkungan Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, alamat yang tertera di foto copy ktp maupun passport atas nama Dewi Astutik yang menjadi buron BNN terkait penyelundupan sabu sabu seberat 2 ton. Warga desa setempat kenal dengan foto yang beredar di pemberitaan, tapi namanya bukan Dewi Astutik.KOMPAS.COM/SUKOCO Lingkungan Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, alamat yang tertera di foto copy ktp maupun passport atas nama Dewi Astutik yang menjadi buron BNN terkait penyelundupan sabu sabu seberat 2 ton. Warga desa setempat kenal dengan foto yang beredar di pemberitaan, tapi namanya bukan Dewi Astutik.

Bos kurir narkoba

Dewi Astutik diketahui telah bergabung dengan jaringan narkoba internasional, golden triangle.

Dalam organisasi itu, Dewi memiliki peran signifikan dalam hal peredaran narkoba.

Ia merupakan pemimpin sekaligus perekrut kurir-kurir yang kebanyakan berasal dari Indonesia.

Baca juga: Buronan BNN 2 Ton Sabu Gunakan Identitas Palsu, Polisi Pastikan Bukan Dewi Astutik

Hal ini diketahui setelah BNN bersama Bea Cukai dan TNI AL mengamankan dua ton sabu dari kapal MT Sea Dragon Tarawa di Kepulauan Riau pada 22 Mei 2025.

Empat awak kapal yang berstatus warga negara Indonesia (WNI) itu diduga berkaitan dengan Dewi. 

"Kita bisa pastikan kurir-kurir ini tiketnya dipesan oleh orang yang berhubungan dengan Dewi Astutik," ujar Kepala BNN, Komjen Marthinus Hukom, dalam tayangan Rosi di KompasTV.

"Dewi Astutik memainkan peran penting dalam proses rekrutmen ini," ujar dia. 

Menurut Marthinus, Dewi diduga telah mengendalikan ratusan kurir narkoba yang kebanyakan merupakan WNI.

Hingga saat ini, ada lebih dari 110 WNI "asuhan" Dewi yang ditangkap di berbagai negara, seperti Brasil, Kamboja, dan Korea Selatan.

"Ada 110 lebih orang Indonesia ditangkap di luar negeri, ada di Brasil, Addis Ababa (ibu kota Ethiopia), di India, Kamboja, Thailand, Korea. Itu semua ketika kita bertanya, mereka bagian dari Dewi Astutik," tutur Marthinus.

Terafiliasi sindikat Afrika

Karena perannya sebagai pemimpin dan perekrut kurir, Dewi Astutik diduga kuat terhubungan dengan jaringan narkoba lainnya.

Komjen Marthinus menyebut, Dewi termasuk dalam jajaran pimpinan di golden triangle, meskipun bukan yang tertinggi.

Sebab, selain membawahi ratusan kurir narkoba, Dewi terhubung dengan sindikat Afrika yang beroperasi di Thailand dan semenanjung Malaysia.

"Dewi ini sudah menjadi semacam pimpinan dari jaringan ini, tapi saya yakin dia bukan pimpinan tertingginya," ujar Marthinus.

Baca juga: Makna 2 Ton Sabu yang Disita BNN

"Dia terhubung dengan sindikat Afrika yang beroperasi di Thailand dan semenanjung Malaya," katanya.

Buron Interpol

BNN telah mengajukan red notice untuk nama Dewi Astutik kepada Interpol.

Dewi sudah menjadi buron sejak 2024.

Saat ini, BNN bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengejar keberadaan Dewi.

"Kami bekerja sama dengan BIN (Badan Intelijen Nasional) untuk mencari Dewi Astutik di Kamboja dan sekitarnya," kata Komjen Marthinus Hukom.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Rekam Jejak Dewi Astutik, Bos Kurir Narkoba Golden Triangle, Terafiliasi Sindikat Afrika."

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau