SURABAYA, KOMPAS.com - Penyintas Bom Bali 2002, Chusnul Chotimah berharap bantuan pekerjaan dari mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Hisyam bin Ali Zein alias Umar Patek.
Sebab, kondisi fisiknya yang berkurang akibat peristiwa pengeboman itu membuatnya kesulitan cari pekerjaan.
Sementara itu, Umar Patek yang merupakan eks napiter dalam kasus itu sedang merintis usaha sebagai barista di Ramu Kopi 1966 yang berlokasi di Surabaya.
Chusnul mengatakan telah memaafkan perbuatan Umar Patek pasca-tragedi yang membuatnya menderita luka bakar 70 persen. Namun, dia mengaku kesulitan mencari pekerjaan setelah itu.
"Terpaksa wiraswasta, kemarin dari berwiraswasta juga dapat bantuan dari LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)," kata Chusnul di kafe Jalan Ngagel Timur, Surabaya, Rabu (4/6/2025).
Keputusan itu Chusnul ambil karena tidak ada perusahaan yang mau menerimanya sebagai karyawan. Sebab, kondisi fisiknya akibat tragedi tersebut tidak memungkinkannya untuk bekerja.
"Yang saya inginkan, penyintas (Bom Bali) inginkan, itu bisa bekerja. Kalau kayak saya ini kan otomatis enggak ada perusahaan yang mau menerima saya kerja, enggak ada yang mau," ujarnya.
Oleh karena itu, Chusnul berharap, mantan napiter seperti Umar Patek dapat membantu keluarganya. Akan tetapi, dia sendiri tak mengharapkan pemberian dalam bentuk uang melainkan pekerjaan.
"Kata maaf tadi tidak hanya dari ucapan, tapi dengan adanya pembuktian. Membantu kami bukan uang, enggak, kami tidak minta uang, karena pemerintah sudah memberi kami kompensasi," jelasnya.
"Kalau ada mantan napiter yang berhasil punya usaha, siapa tahu anak kami yang susah mencari lapangan pekerjaan minta batuan ke mereka kasih pekerjaan buat anak kami," tambahnya.
Oleh karena itu, Chusnul berharap, usaha kopi yang dijalankan oleh Umar Patek bisa terus berkembang ke depannya. Nantinya, napiter tersebut bisa membantu dari segi pekerjaan para penyintas.
Diberitakan sebelumnya, sosok Umar Patek dulu dikenal dunia sebagai buronan teroris kelas kakap yang terlibat dalam tragedi Bom Bali 1 tahun 2002.
Kini, pria yang pernah masuk daftar paling dicari oleh Amerika Serikat itu memilih jalan hidup berbeda.
Setelah bebas bersyarat dari Lapas Porong pada 7 Desember 2022, Umar Patek memilih menjadi seorang barista dan merintis usaha kopi bertajuk Ramu Kopi 1966.
“Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai,” ujar Umar Patek saat peluncuran lini bisnis kopinya di Hedon Estate, Surabaya, Selasa (3/6/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang