Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyintas Bom Bali Berharap Dapat Pekerjaan dari Umar Patek yang Kini Merintis Usaha Kopi

Kompas.com, 4 Juni 2025, 17:29 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Penyintas Bom Bali 2002, Chusnul Chotimah berharap bantuan pekerjaan dari mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Hisyam bin Ali Zein alias Umar Patek.

Sebab, kondisi fisiknya yang berkurang akibat peristiwa pengeboman itu membuatnya kesulitan cari pekerjaan.

Sementara itu, Umar Patek yang merupakan eks napiter dalam kasus itu sedang merintis usaha sebagai barista di Ramu Kopi 1966 yang berlokasi di Surabaya.

Baca juga: Eks Kadensus Ungkap Sisi Lain Umar Patek: Dulu Militan, Dikabarkan Mati Berkali-kali, Kini Penuh Kasih

Chusnul mengatakan telah memaafkan perbuatan Umar Patek pasca-tragedi yang membuatnya menderita luka bakar 70 persen. Namun, dia mengaku kesulitan mencari pekerjaan setelah itu.

"Terpaksa wiraswasta, kemarin dari berwiraswasta juga dapat bantuan dari LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)," kata Chusnul di kafe Jalan Ngagel Timur, Surabaya, Rabu (4/6/2025).

Baca juga: Penyintas Bom Bali: Saya Punya Luka Bakar 70 Persen dan Berobat Hingga ke Australia, tapi Saya Maafkan Umar Patek

Keputusan itu Chusnul ambil karena tidak ada perusahaan yang mau menerimanya sebagai karyawan. Sebab, kondisi fisiknya akibat tragedi tersebut tidak memungkinkannya untuk bekerja.

"Yang saya inginkan, penyintas (Bom Bali) inginkan, itu bisa bekerja. Kalau kayak saya ini kan otomatis enggak ada perusahaan yang mau menerima saya kerja, enggak ada yang mau," ujarnya.

Oleh karena itu, Chusnul berharap, mantan napiter seperti Umar Patek dapat membantu keluarganya. Akan tetapi, dia sendiri tak mengharapkan pemberian dalam bentuk uang melainkan pekerjaan.

"Kata maaf tadi tidak hanya dari ucapan, tapi dengan adanya pembuktian. Membantu kami bukan uang, enggak, kami tidak minta uang, karena pemerintah sudah memberi kami kompensasi," jelasnya.

"Kalau ada mantan napiter yang berhasil punya usaha, siapa tahu anak kami yang susah mencari lapangan pekerjaan minta batuan ke mereka kasih pekerjaan buat anak kami," tambahnya.

Oleh karena itu, Chusnul berharap, usaha kopi yang dijalankan oleh Umar Patek bisa terus berkembang ke depannya. Nantinya, napiter tersebut bisa membantu dari segi pekerjaan para penyintas.

Diberitakan sebelumnya, sosok Umar Patek dulu dikenal dunia sebagai buronan teroris kelas kakap yang terlibat dalam tragedi Bom Bali 1 tahun 2002.

Kini, pria yang pernah masuk daftar paling dicari oleh Amerika Serikat itu memilih jalan hidup berbeda.

Setelah bebas bersyarat dari Lapas Porong pada 7 Desember 2022, Umar Patek memilih menjadi seorang barista dan merintis usaha kopi bertajuk Ramu Kopi 1966.

“Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia, tapi kini aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai,” ujar Umar Patek saat peluncuran lini bisnis kopinya di Hedon Estate, Surabaya, Selasa (3/6/2025).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau