Editor
SURABAYA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri yang kini menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Marthinus Hukom mengungkapkan cerita soal sosok Umar Patek, eks napi teroris yang terlibat dalam bom bali I.
Umar Patek yang memiliki nama asli Hisyam bin Alizein ini kembali ke tengah masyarakat setelah bebas dari penjara pada 7 Desember 2022.
Dalam acara launching "Kopi Ramu 1966 by Umar Patek", di Hedon Estate, Surabaya, Selasa (3/6/2025), keduanya saling bersalaman, berpelukan, tebar senyum.
Kini, Umar Patek menjadi barista.
Baca juga: Umar Patek Sempat Tolak Ajakan Jadi Barista, Takut Stigma Teroris Jatuhkan Bisnis Kopi
Komjen Marthinus menyebut bahwa pertemuan mereka kali ini menunjukkan sisi lain seorang Umar Patek.
Dulu, nama Umar Patek tercantum pada list pelaku bom Bali 1 tahun 2002.
Menurut dia, Umar dulu dikenal gahar dan militan di kelompok teroris Asia Tenggara.
Ia dikenal sebagai ahli senjata berikut taktik gerilyanya. Umar Patek pun diburu aparat keamanan di banyak negara.
“Dia dikejar oleh seluruh dunia, 2002 sampai 2011 jadi Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan. Selama pelarian dia, kepalanya dibanderol Rp 10 miliar," tutur Marthinus.
"Lebih membuat kita terkagum dengan orang ini, dikabarkan mati berkali-kali, diserang pasukan angkatan Filipina, eh muncul lagi. Saat itu, kami mendapatkan berita bahwa dia terkepung tetapi dia bisa keluar dari kepungan itu. Inilah Umar Patek, yang kita kenal hari ini,” tuturnya.
Baca juga: Kisah Umar Patek: Dulu Merakit Bom, Kini Sibuk Meramu Kopi
Marthinus juga berharap, Kopi Ramu 1966 by Umar Patek bisa menjadi pendorong dan pengembangan UMKM di Jawa Timur.
“Di dalam penjara, Beliau melaksanakan perenungan. Dari seorang perakit bom, menjadi seorang peramu kopi. Yang dulunya berjuang membawa senjata, tapi hari ini ikut berjuang menegakkan kemanusiaan, cinta kasih, tanpa batas, melampaui tembok imajiner keyakinan, menjadi satu kesatuan umat manusia, satu kesatuan Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, dalam acara tersebut, Umar Patek mengungkapkan awal mulanya menjadi barista.
Umar menyadari stigma mantan narapida terorisme masih melekat dan membuatnya sulit diterima di masyarakat. Ia pun kesulitan mencari pekerjaan.
Ia menceritakan titik awal perjalanan barunya. Umar bertemu seorang dokter yang juga pengusaha di Surabaya, drg David Andreasmito, dua bulan setelah dia bebas dari Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.