NGANJUK, KOMPAS.com – Wakil Bupati Nganjuk, Trihandy Cahyo Saputro, langsung turun tangan menindaklanjuti keluhan masyarakat terkait dugaan pertalite tercampur air di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Pacekulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk.
Dalam sidak yang dilakukan hari ini, Senin (2/6/2025), Mas Handy, sapaan akrab Trihandy Cahyo Saputro, memastikan bahwa masalah tersebut telah teratasi, dan enam kendaraan yang terdampak telah menerima ganti rugi dari pihak SPBU.
Sidak ini merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan awal yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Nganjuk (Pemkab) Nganjuk bersama pihak Pertamina beberapa waktu lalu.
“Jadi sidak kita hari ini untuk konfirmasi (atas) sidak yang sebelumnya sudah kita lakukan ya. Ketika ada laporan itu langsung kita cek,” jelas Mas Handy saat dihubungi Kompas.com via sambungan telepon, Senin (2/6/2025).
Baca juga: Pemkab Nganjuk Akan Bentuk Tim Khusus Kaji Gelar Pahlawan Nasional untuk Marsinah
Mas Handy menuturkan, dalam sidak kali ini pihak Pertamina menerangkan bahwa insiden pertalite tercampur air di SPBU Desa Pacekulon dikarenakan Delivery Valve Pump (DVP) mengalami kerusakan.
Imbasnya, air masuk ke dalam tangki pendam saat hujan, hingga mengakibatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di SPBU tersebut tercampur dengan air.
Baca juga: Dari Mana Manajer SPBU Medan Dapat BBM untuk Dioplos dengan Pertalite?
Sekadar diketahui, DVP merupakan katup penyalur pompa di SPBU, salah satu perangkat penting yang berfungsi untuk mengontrol aliran bahan bakar saat mengisi di SPBU.
“Setelah dievaluasi sama pihak Pertamina, bahwa analisis sementara adalah adanya kerusakan DVP,” ungkap Mas Handy.
Awalnya, lanjut Mas Handy, ditemukan sekitar 60 liter air yang bercampur dengan pertalite yang ada di dalam tangki tersebut.
Namun, kini puluhan liter air tersebut telah dibuang, dan pelayanan di SPBU tersebut telah kembali normal.
“Kalau dari SPBU jelas tadi saya cek semuanya, bukan hanya pertalite saja, tapi juga kita cek biosolar, dex, dan pertamax. Semuanya kita cek, dan alhamdulillah sudah kembali normal,” bebernya.
Mas Handy berharap insiden BBM tercampur air di SPBU tidak terulang kembali. Sebab, hal tersebut merugikan masyarakat.
“Intinya kita enggak mau konsumen (warga) dirugikan,” tegasnya.
Menurut Mas Handy, ada sekitar enam kendaraan yang terdiri dari empat motor dan dua mobil dilaporkan mengalami kerusakan setelah membeli pertalite yang ternyata tercampur air di SPBU Desa Pacekulon pada bulan Mei 2025 lalu.
Pemilik enam kendaraan tersebut, kata Mas Handy, telah menerima ganti rugi dari pihak SPBU dengan nominal berbeda-beda, bahkan ada yang menerima ganti rugi puluhan juta rupiah.
“Betul, ada enam kendaraan yang sudah dilakukan ganti rugi. Saya lupa tepatnya berapa puluh juta, ada yang berapa juta, ada yang motor, ada yang mobil,” ungkap Mas Handy.
Kasus ini bermula dari adanya warga yang mengeluhkan kualitas BBM jenis pertalite di SPBU Desa Pacekulon, yang diduga tercampur air dan menyebabkan kerusakan pada kendaraan mereka pada bulan Mei 2025 lalu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang