Karya-karya Buggy kini telah banyak dikoleksi oleh tokoh penting, mulai dari Bu Risma, Bu Khofifah, hingga Pak Heru Cahyono dan para pengusaha.
Beberapa event organizer di Jakarta pun rutin membeli karyanya.
Perjalanan seni Buggy dimulai sejak taman kanak-kanak, tetapi ia baru serius menekuni seni setelah SMA pada tahun 1984.
Belajar secara otodidak, ia memperdalam teknik melalui kursus melukis di Taman Budaya Jawa Timur pada 1986 di bawah asuhan maestro lukis Pak Tajidin.
Baca juga: Cerita Khozin, Pelukis Busur Panah yang Karyanya Jadi Buruan Pemanah dari Malaysia
Menurut Buggy, karyanya bukan hanya jejak warna di atas kanvas, melainkan cermin reflektif dari seorang seniman yang menghidupi seni bukan sebagai profesi, tetapi sebagai panggilan jiwa.
“Saya senang sekali karena hidup itu kan guyub rukun. Banyak juga yang senior bilang kamu sudah tidak waktunya lagi pameran bersama. Tapi saya tidak bisa kalau diundang teman-teman, meskipun masih tahap pembelajaran saya dengan senang hati ikut bergabung,” kata Buggy.
“Karena kalau ngomong berlian, ya tetap berlian. Ditaruh di mana aja akan tetap berlian,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang