SURABAYA, KOMPAS.com - Buggy Budianto, pelukis asal Surabaya, menggelar pameran tunggal perdananya bertajuk "Kebangkitan dalam Keindahan" di Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS) pada 20–26 Mei 2025.
Pameran ini dibuka bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, simbol kebangkitan bangsa dan semangat personal seniman yang telah berkarya selama lebih dari 40 tahun.
Buggy mengungkapkan bahwa pameran ini lahir bukan dari perencanaan panjang, melainkan dari dorongan batin yang mendesak.
“Pas lagi mikir di rumah ada lukisan burung garuda, tapi masih separuh napasku, jadi masih 50 persen, enggak dipasang,” katanya.
Lukiasan hasil karya pameran tunggal pelukis asal Surabaya Buggy Budiyanto dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Galeri Dewan Kesenian Surabaya, Selasa (20/5/2025) malam.Di ruang pameran, terdapat 12 lukisan berukuran besar yang menampilkan kupu-kupu, simbol yang telah menjadi "bahasa visual" Buggy sejak 1999.
Menurutnya, kupu-kupu bukan sekadar obyek estetik, melainkan refleksi dari perjalanan hidup dan spiritualitas.
"Saya menampilkan kupu-kupu karena yang pertama mewakili tentang pembelajaran pewarnaan yang warna-warni. Kedua, melatih skill karena ada dua sayap yang sama, harus pintar-pintar dan titis," tutur Buggy.
Baca juga: Kisah Misnaya Pelukis Difabel, Sejak Kecil Senang Kejar Truk demi Lihat Lukisan di Bak Truk
Metamorfosis kupu-kupu, bagi Buggy, adalah cerminan manusia dalam menghadapi perubahan, pencarian jati diri, dan perjuangan untuk tumbuh.
“Bahwa kupu-kupu itu perjalanan hidup saya ini. Menampilkan banyak kupu-kupu terbang, yang daya apresiasi berbagai manusia, ras, agama, dan apa pun itu sama ciptaannya. Jadi semua harus dihargai,” imbuhnya.
Konsistensi Buggy dalam menggambar kupu-kupu membuahkan pengakuan.
Suatu hari, ia iseng berselancar di dunia maya dan terkejut saat menemukan namanya sebagai satu-satunya pelukis yang konsisten dengan tema tersebut.
“Saya pernah iseng search Google, brand pelukis siapa yang konsisten. Yang keluar pelukis kuda ya Raden Saleh. Terus saya nyoba posisi saya selama 25 tahun menggambar itu ada hasilnya tidak," ujarnya.
"Saya search pelukis kupu-kupu yang konsisten, nama saya. Jadi saya beruntung sekali dengan ketidaksengajaan itu. Sekarang jadi ciri khas saya, meskipun dalam melukis saya mengalir saja. Teman-teman yang menganugerahi brand kupu-kupu,” sambungnya.
Baca juga: Perjuangan Imam Chudori, Pelukis Jalanan Surabaya Bertahan dengan Kecintaan pada Seni
Pameran ini menjadi batu loncatannya untuk merencanakan 62 karya on the spot di Jakarta pada tahun 2026, bertepatan dengan bertambahnya usianya.
Meski menghadapi tantangan dalam persiapan mental dan fisik, Buggy mengaku dukungan keluarga, terutama anak-anaknya yang kini menempuh pendidikan tinggi, menjadi bahan bakar semangatnya.
Karya-karya Buggy kini telah banyak dikoleksi oleh tokoh penting, mulai dari Bu Risma, Bu Khofifah, hingga Pak Heru Cahyono dan para pengusaha.
Pelukis asal Surabaya Buggy Budiyanto saat memberi penjelasannya di pameran tunggalnya memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Galeri Dewan Kesenian Surabaya, Selasa (20/5/2025) malam.Beberapa event organizer di Jakarta pun rutin membeli karyanya.
Perjalanan seni Buggy dimulai sejak taman kanak-kanak, tetapi ia baru serius menekuni seni setelah SMA pada tahun 1984.
Belajar secara otodidak, ia memperdalam teknik melalui kursus melukis di Taman Budaya Jawa Timur pada 1986 di bawah asuhan maestro lukis Pak Tajidin.
Baca juga: Cerita Khozin, Pelukis Busur Panah yang Karyanya Jadi Buruan Pemanah dari Malaysia
Menurut Buggy, karyanya bukan hanya jejak warna di atas kanvas, melainkan cermin reflektif dari seorang seniman yang menghidupi seni bukan sebagai profesi, tetapi sebagai panggilan jiwa.
“Saya senang sekali karena hidup itu kan guyub rukun. Banyak juga yang senior bilang kamu sudah tidak waktunya lagi pameran bersama. Tapi saya tidak bisa kalau diundang teman-teman, meskipun masih tahap pembelajaran saya dengan senang hati ikut bergabung,” kata Buggy.
“Karena kalau ngomong berlian, ya tetap berlian. Ditaruh di mana aja akan tetap berlian,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang