SURABAYA, KOMPAS.com - Tiga driver ojek online (ojol) asal Malang mengaku pernah mengalami kejadian horor selama mereka bekerja.
Menurut pengakuannya, mereka tak hanya menerima order fiktif, tetapi juga pernah mendapat uang dari customer yang berubah menjadi daun.
Fauzi (32), salah satu driver ojol asal Malang, mengaku tiga tahun lalu pernah mengantar pesanan ayam bakar kepada customer yang rumahnya berlokasi di salah satu perumahan di Kota Malang.
“Saya cuma GoFood. Dan, kebiasaan saya cuma aktif di atas jam 9 malam. Waktu itu pesanannya jam setengah 1 pagi,” kata Fauzi mengawali ceritanya kepada Kompas.com, Selasa (20/5/2025).
Baca juga: Hasil Demo Ojol di Surabaya, Program Tarif Promo di Jatim Disetop Sementara
Saat tiba di titik alamat, Fauzi tak menaruh kecurigaan apa pun.
Seorang pria berusia sekitar 35 tahun keluar dari rumah tanpa ekspresi dan menerima pesanannya.
“Tidak sama sekali (curiga). Saya lihat orangnya kok,” katanya singkat.
Orderan ayam bakar tersebut seharga Rp 100.000 dan customer itu membayar dengan uang tunai kepada Fauzi.
Tak berpikir apa-apa, Fauzi pun memasukkan uang itu ke dompet dan langsung tancap gas.
Namun, tiba-tiba seorang satpam yang mulanya duduk di pos memintanya berhenti.
Nampaknya, dia memperhatikan Fauzi sejak masuk ke wilayah perumahan.
Satpam itu bertanya kepada Fauzi tentang asal dan tujuannya.
Tanpa ragu, Fauzi menjawab bahwa dia habis mengantar pesanan customer ke salah satu rumah.
Namun, Fauzi mengaku kaget mendengar respons si satpam.
Baca juga: Curhat Lady Ojol yang Rawan Terima Pelecehan, Pelaku Penumpang Sendiri
Menurut dia, satpam itu menyampaikan bahwa alamat yang dihampiri Fauzi adalah rumah kosong.
Satpam tak melihat siapa pun selain Fauzi yang berdiri di depan gerbang.
“Katanya, itu pas bapak sampai tuh emang beneran kosong, tapi saya bilang ada orangnya, bentuknya rumahnya juga ada, orangnya keluar,” kata dia.
Merasa tak percaya, Fauzi pun membuktikan bahwa orderannya telah diantar dan customer memberikan uang padanya.
Dia pun membuka dompet untuk menunjukkan kepada satpam.
Namun, Fauzi sempat tak percaya ketika uang Rp 100.000 yang semula bergambar Soekarno-Hatta tiba-tiba berubah menjadi daun kering saat dikeluarkan dari dompet.
“Saya niat ambil uangnya. Seeeet… kok bukan uang? jadi daun kering tapi enggak gampang rapuh,” katanya.
Baca juga: Tidak ada Demo Ojol di Kendari, Ini Lagi Antar Orderan
Meski demikian, Fauzi mengaku menyimpan uang itu sampai sekarang sebagai kenang-kenangan.
Pengalaman menarik lainnya saat menjadi ojol dialami Ningsih (48), seorang driver perempuan asal Malang.
Ia mengaku pernah nyasar ke hutan setelah mengantar penumpang ke salah satu alamat di daerah Dengkol, Malang, sekitar pukul 19.00 WIB.
“Waktu balik, di Maps itu masuk ke permukiman ada gang satu dan dua. Tapi, pas masuk gang tiga itu tidak ada permukiman,” kata Ningsih.
Menurut pengakuan Ningsih, alamat yang dia lewati tiba-tiba tidak terdeteksi oleh Google Maps.
Dia masuk ke wilayah hutan yang diapit oleh bambu-bambu tanpa penerangan, jaraknya 5 kilometer dari permukiman.
“Jadi pring-pring (bambu-bambu) itu melengkung seperti terowongan. Gelap banget, saya sampai ngompol,” ucapnya.
Saat itu, Ningsih mengaku pingsan karena ketakutan melihat sesuatu yang diyakininya tak lazim.
“Saya ngompol, pingsan, terus tiba-tiba saya sudah di rumah warga. Ada sekitar 20 orang yang nolong saya,” ujar dia.
Setelah kejadian itu, Ningsih kapok dan tidak lagi menerima orderan di atas jam 19.00. “Selain rawan ketemu setan, rawan juga ketemu begal,” ucapnya sedikit tertawa.
Ojol perempuan lainnya, kawan Ningsih bernama Retno, mengalami kejadian serupa.
Jalan yang dia lewati mendadak tidak terdeteksi oleh maps.
“Waktu itu jam 21.00, habis nganter customer, saya pas balik malah muter-muter ke daerah situ saja, sepi nggak ada orang,” tuturnya.
Baca juga: Demonstran Ojol: Bu Khofifah Jangan Hanya di Dalam Saja, Kami Sudah 7 Kali Demo Sampai Capek
Saat kebingungan mencari jalan, Retno merasa ditegur oleh seorang kakek-kakek yang menaiki sepeda ontel.
Kakek itu memberi tahu arah jalan keluar.
“Ketemu Mbah-mbah, kakek, bilang ke saya jangan ke sana, lewat sana saja,” ucap Retno sembari memperagakan gerakan si kakek.
Setelah melihat arah yang ditunjukkan si kakek, Retno menoleh lagi ke arah si kakek yang berada di belakangnya untuk mengucapkan terima kasih.
Namun, menurut Retno, kakek tersebut sudah tidak ada.
“Pas saya bilang makasih, dia enggak ada. Saya sampai ngompol, langsung pergi, takut,” tuturnya.
Hari ini, sejumlah pengemudi ojol menggelar demo di Surabaya dan sejumlah kota lainnya. Mereka memprotes pembayaran tarif yang tidak sesuai dan pendapatan mereka yang semakin sedikit.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang