Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Horor Driver Ojol Asal Malang: Terima Uang Berubah Jadi Daun dan Nyasar ke Hutan

Kompas.com, 20 Mei 2025, 20:56 WIB
Izzatun Najibah,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Tiga driver ojek online (ojol) asal Malang mengaku pernah mengalami kejadian horor selama mereka bekerja.

Menurut pengakuannya, mereka tak hanya menerima order fiktif, tetapi juga pernah mendapat uang dari customer yang berubah menjadi daun. 

Fauzi (32), salah satu driver ojol asal Malang, mengaku tiga tahun lalu pernah mengantar pesanan ayam bakar kepada customer yang rumahnya berlokasi di salah satu perumahan di Kota Malang.

“Saya cuma GoFood. Dan, kebiasaan saya cuma aktif di atas jam 9 malam. Waktu itu pesanannya jam setengah 1 pagi,” kata Fauzi mengawali ceritanya kepada Kompas.com, Selasa (20/5/2025).

Baca juga: Hasil Demo Ojol di Surabaya, Program Tarif Promo di Jatim Disetop Sementara

Saat tiba di titik alamat, Fauzi tak menaruh kecurigaan apa pun.

Seorang pria berusia sekitar 35 tahun keluar dari rumah tanpa ekspresi dan menerima pesanannya.

“Tidak sama sekali (curiga). Saya lihat orangnya kok,” katanya singkat.

Orderan ayam bakar tersebut seharga Rp 100.000 dan customer itu membayar dengan uang tunai kepada Fauzi.

Tak berpikir apa-apa, Fauzi pun memasukkan uang itu ke dompet dan langsung tancap gas.

Namun, tiba-tiba seorang satpam yang mulanya duduk di pos memintanya berhenti.

Nampaknya, dia memperhatikan Fauzi sejak masuk ke wilayah perumahan.

Satpam itu bertanya kepada Fauzi tentang asal dan tujuannya.

Tanpa ragu, Fauzi menjawab bahwa dia habis mengantar pesanan customer ke salah satu rumah.

Namun, Fauzi mengaku kaget mendengar respons si satpam.

Baca juga: Curhat Lady Ojol yang Rawan Terima Pelecehan, Pelaku Penumpang Sendiri

Menurut dia, satpam itu menyampaikan bahwa alamat yang dihampiri Fauzi adalah rumah kosong.

Satpam tak melihat siapa pun selain Fauzi yang berdiri di depan gerbang.

“Katanya, itu pas bapak sampai tuh emang beneran kosong, tapi saya bilang ada orangnya, bentuknya rumahnya juga ada, orangnya keluar,” kata dia. 

Merasa tak percaya, Fauzi pun membuktikan bahwa orderannya telah diantar dan customer memberikan uang padanya.

Dia pun membuka dompet untuk menunjukkan kepada satpam.

Namun, Fauzi sempat tak percaya ketika uang Rp 100.000 yang semula bergambar Soekarno-Hatta tiba-tiba berubah menjadi daun kering saat dikeluarkan dari dompet.

“Saya niat ambil uangnya. Seeeet… kok bukan uang? jadi daun kering tapi enggak gampang rapuh,” katanya.

Baca juga: Tidak ada Demo Ojol di Kendari, Ini Lagi Antar Orderan

Meski demikian, Fauzi mengaku menyimpan uang itu sampai sekarang sebagai kenang-kenangan. 

Nyasar ke Hutan 

Pengalaman menarik lainnya saat menjadi ojol dialami Ningsih (48), seorang driver perempuan asal Malang.

Ia mengaku pernah nyasar ke hutan setelah mengantar penumpang ke salah satu alamat di daerah Dengkol, Malang, sekitar pukul 19.00 WIB.

“Waktu balik, di Maps itu masuk ke permukiman ada gang satu dan dua. Tapi, pas masuk gang tiga itu tidak ada permukiman,” kata Ningsih.

Menurut pengakuan Ningsih, alamat yang dia lewati tiba-tiba tidak terdeteksi oleh Google Maps.

Dia masuk ke wilayah hutan yang diapit oleh bambu-bambu tanpa penerangan, jaraknya 5 kilometer dari permukiman.

“Jadi pring-pring (bambu-bambu) itu melengkung seperti terowongan. Gelap banget, saya sampai ngompol,” ucapnya.

Saat itu, Ningsih mengaku pingsan karena ketakutan melihat sesuatu yang diyakininya tak lazim. 

“Saya ngompol, pingsan, terus tiba-tiba saya sudah di rumah warga. Ada sekitar 20 orang yang nolong saya,” ujar dia. 

Setelah kejadian itu, Ningsih kapok dan tidak lagi menerima orderan di atas jam 19.00. “Selain rawan ketemu setan, rawan juga ketemu begal,” ucapnya sedikit tertawa.

Ojol perempuan lainnya, kawan Ningsih bernama Retno, mengalami kejadian serupa.

Jalan yang dia lewati mendadak tidak terdeteksi oleh maps.

“Waktu itu jam 21.00, habis nganter customer, saya pas balik malah muter-muter ke daerah situ saja, sepi nggak ada orang,” tuturnya.

Baca juga: Demonstran Ojol: Bu Khofifah Jangan Hanya di Dalam Saja, Kami Sudah 7 Kali Demo Sampai Capek

Saat kebingungan mencari jalan, Retno merasa ditegur oleh seorang kakek-kakek yang menaiki sepeda ontel.

Kakek itu memberi tahu arah jalan keluar.

“Ketemu Mbah-mbah, kakek, bilang ke saya jangan ke sana, lewat sana saja,” ucap Retno sembari memperagakan gerakan si kakek.

Setelah melihat arah yang ditunjukkan si kakek, Retno menoleh lagi ke arah si kakek yang berada di belakangnya untuk mengucapkan terima kasih.

Namun, menurut Retno, kakek tersebut sudah tidak ada. 

“Pas saya bilang makasih, dia enggak ada. Saya sampai ngompol, langsung pergi, takut,” tuturnya.

Hari ini, sejumlah pengemudi ojol menggelar demo di Surabaya dan sejumlah kota lainnya. Mereka memprotes pembayaran tarif yang tidak sesuai dan pendapatan mereka yang semakin sedikit. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau