LUMAJANG, KOMPAS.com - Pemandangan pagi di Jembatan Limpas, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tampak lebih sepi dari biasanya.
Hanya beberapa siswa kelas 6 yang tampak berangkat sekolah dengan pakaian yang rapi.
Anak-anak yang bersekolah di SDN Jugosari 3 ini ternyata adalah para siswa yang hendak mengikuti ujian akhir sekolah (UAS).
Beberapa orangtua siswa juga bersiaga untuk mengantar jagoannya pergi sekolah ke seberang sungai melintasi alirah lahar Gunung Semeru.
Baca juga: Tanggul Penahan Banjir Lahar Gunung Semeru Jebol, 256 Jiwa Terancam
Biasanya, anak-anak ini berangkat sendiri ke sekolah melewati jembatan limpas tanpa diantar orangtua.
Namun, lahar hujan Gunung Semeru yang terjadi pada Selasa (6/5/2025) malam membuat jembatan limpas tertutup material pasir dan batu yang dibawa banjir lahar.
Alhasil, para orangtua ini khawatir akan keselamatan sang buah hati sehingga harus mengantar, bahkan ada yang menggendongnya sampai seberang sungai.
Apalagi, usai diterjang banjir, aliran air Sungai Regoyo masih cukup deras sehingga berbahaya untuk anak-anak.
"Kelas 6, mau ujian, enggak takut menyeberang lahar, tadi sama bapak, harapannya lulus ujian," kata Farid, salah satu siswa SDN 3 Jugosari, Rabu (7/5/2025).
Sebagai informasi, anak-anak di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, harus bersekolah ke Dusun Sumberkajar yang berada di seberang sungai.
Satu-satunya akses jalan yang bisa ditempuh anak-anak ini hanya melalui jembatan limpas diatas Sungai Regoyo yang biasa dilewati lahar hujan Gunung Semeru.
Baca juga: Kisah Serma Wahyu, 3 Tahun Gendong Anak-anak Seberangi Banjir Lahar Gunung Semeru
Guru SDN 3 Jugosari Naning mengatakan, ada 15 siswa kelas 6 yang mengikuti ujian akhir sekolah. 8 diantaranya berasal dari Sumberlangsep.
Naning berharap, kondisi medan yang sulit tidak membuat para siswa putus asa dengan keadaan dan tetap bersemangat mencari ilmu.
"Ada 8 yang dari Sumberlangsep, alhamdulillah sudah datang semua, semoga anak-anak ini bisa lulus semua walaupun harus melewati medan yang sulit tapi tetap harus semangat," jelas Naning.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang