Mulai mencetak daun bungkusan, mengupas kelapa, mengaduk adonan, membungkus, memasak, hingga mengantarkan pesanan.
"Kami bersyukur banyaknya pesanan ini bisa mengajak tetangga untuk bekerja. Jadi kami bisa bersama-sama dapat penghasilan juga," imbuh dia.
Baca juga: Tiga Generasi Rawon Nguling Jaga Rasa, Andalkan Bumbu dari Petani Tengger
Untuk membuat kue tradisional bercita rasa manis gurih ini, Halimah selalu menggunakan tahap-tahap yang detail.
Menurut dia, cara pengolahan yang tak sesuai akan memengaruhi kualitas rasa kue bongkonya.
"Kue ini bahan dasarnya tepung beras, tapi kami di sini menggiling sendiri beras hingga menjadi tepung. Setelah itu, dijemur sampai betul-betul kering, baru bisa dipakai untuk adonan," kata dia.
Tak hanya itu, Halimah juga selalu menggunakan air panas untuk membilas kelapa yang hendak diolah.
Pengolahan kelapa menjadi salah satu kunci agar kue bongkonya memiliki aroma dan rasa yang legit.
"Kalau tidak dibilas dengan air panas, kelapanya akan mudah basi dan aromanya tidak keluar," tutur dia.
Selain kelapa, Halimah juga memilih pisang khusus untuk salah satu varian kue bongkonya. Pisang yang dipilih yaitu jenis pisang raja yang memiliki rasa manis saat dimasak.
"Resep aslinya itu, yang 'ori' dan mutiara. Varian pisang ini hasil dari inovasi resep dan banyak juga peminatnya," ungkap dia.
Semua bahan itu disiapkan Halimah pada sore hari. Sedangkan proses memasaknya dilakukan pada pukul 03.00 sebelum subuh.
Untuk memasak kue bongko ini, Halimah akan mencampur semua bahan, lalu satu per satu adonan yang masih cair itu dimasukkan ke dalam daun yang sudah dicetak.
"Satu bungkus itu kami pakai tiga lapis daun pisang supaya adonannya tidak bocor," jelasnya.
Setelah semuanya siap, kue bongko yang masih mentah itu akan dikukus selama 30 menit hingga adonan di dalam bungkusan daun pisang itu matang.
Baca juga: Rawon Kalkulator Surabaya: Daging Empuk Berpadu dengan Kuah yang Kental
Meski berbahan dasar santan kelapa, kue bongko ini tidak cepat basi. Terbukti, banyak pelanggan Halimah yang membawa kue bongko itu ke Malaysia, Brunei Darussalam, hingga ke Sydney, Australia.
"Ini sampai lebih 16 jam tidak basi dan masih enak dinikmati. Karena kunci ketahanannya ada di cara pengolahan dan memasaknya," imbuh dia.
Salah satu penikmat Kue Bongko, Ika Asfida (36), warga asal Kabupaten Blitar ini mengaku kerap membeli kue bongko saat berkunjung ke Bangkalan.
Menurut dia, kue bongko buatan Halimah memiliki rasa yang nikmat dan berbeda dengan kue bongko lain.
"Mungkin karena ini pelopor kue bongko di Bangkalan, jadi menjaga resep aslinya. Makanya, rasanya dari dulu sampai sekarang tidak berubah, tetap nikmat," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang