Salin Artikel

Melihat Kue Bongko Khas Arosbaya, Sudah Bertahan 55 Tahun

Dengan telaten, jemarinya mulai memilah daun yang akan ia gunakan untuk membungkus kue bongko buatannya.

Satu per satu daun pisang ia bersihkan dan dipotong sesuai ukuran. Tak sembarang daun pisang yang ia gunakan. Jenis daun pisang batu menjadi pilihan untuk membungkus kue berbahan dasar tepung beras ini.

"Kalau daun pisang jenis lain itu, kalau dikukus jadi gelap. Kalau daun dari jenis pisang batu, hasilnya bagus, tetap hijau saat dikukus," ucap dia bersemangat.

Kue bongko merupakan kue tradisional berbahan dasar tepung beras yang dicampur gula dan santan. Kudapan ini memiliki rasa manis gurih yang berpadu nikmat.

Kue bongko buatan Halimah memiliki tiga varian, yakni ori, mutiara, dan pisang. Usaha ini dirintis sejak tahun 1970-an oleh nenek Halimah, Buk Ma.

Seingat Halimah, neneknya dulu bekerja di tempat pembuatan kue tradisional di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

Di sana, Buk Ma mendapat bagian untuk membuat kue bongko. Dari situlah resep diperoleh dan mulai dikembangkan oleh Buk Ma setelah tak lagi bekerja.

"Jadi dulu itu, mbah saya kerja ikut orang China. Di sana banyak kue tradisional, salah satunya Bongko ini. Setelah tidak kerja lagi, nenek nyoba buat dan dijual, ternyata banyak yang suka," ungkap dia.

Berbekal keterampilannya itu, Buk Ma mulai mendapat banyak pesanan hingga dikenal di seluruh Bangkalan. Resep itu lalu diturunkan ke anaknya hingga kini diteruskan oleh Halimah.

Saat ini, dalam sehari Halimah membuat kue bongko sebanyak 600 bungkus.

Jumlah itu melonjak saat bulan Ramadhan mencapai 1.200 bungkus. Satu bungkus Kue Bongko, Halimah jual seharga Rp 5.000. Nantinya, pelanggan akan menjual seharga Rp 7.000 hingga Rp 10.000.

"Alhamdulillah, sampai sekarang pesanannya selalu banyak. Bahkan dari Rumah Makan Sinjay, ambilnya di sini. Setiap hari 200 bungkus," ujar perempuan yang memiliki lima anak tersebut.

Setiap hari, Halimah hanya memproduksi kue bongko dan tidak menjajakannya keluar. Sebab, semua pelanggannya selalu datang ke rumah mengambil pesanan untuk dijual kembali.

Banyaknya jumlah pesanan membuat Halimah merekrut tetangganya untuk membantu membuat pesanan setiap harinya.

Mulai mencetak daun bungkusan, mengupas kelapa, mengaduk adonan, membungkus, memasak, hingga mengantarkan pesanan.

"Kami bersyukur banyaknya pesanan ini bisa mengajak tetangga untuk bekerja. Jadi kami bisa bersama-sama dapat penghasilan juga," imbuh dia.

Untuk membuat kue tradisional bercita rasa manis gurih ini, Halimah selalu menggunakan tahap-tahap yang detail.

Menurut dia, cara pengolahan yang tak sesuai akan memengaruhi kualitas rasa kue bongkonya.

"Kue ini bahan dasarnya tepung beras, tapi kami di sini menggiling sendiri beras hingga menjadi tepung. Setelah itu, dijemur sampai betul-betul kering, baru bisa dipakai untuk adonan," kata dia.

Tak hanya itu, Halimah juga selalu menggunakan air panas untuk membilas kelapa yang hendak diolah.

Pengolahan kelapa menjadi salah satu kunci agar kue bongkonya memiliki aroma dan rasa yang legit.

"Kalau tidak dibilas dengan air panas, kelapanya akan mudah basi dan aromanya tidak keluar," tutur dia.

Selain kelapa, Halimah juga memilih pisang khusus untuk salah satu varian kue bongkonya. Pisang yang dipilih yaitu jenis pisang raja yang memiliki rasa manis saat dimasak.

"Resep aslinya itu, yang 'ori' dan mutiara. Varian pisang ini hasil dari inovasi resep dan banyak juga peminatnya," ungkap dia.

Semua bahan itu disiapkan Halimah pada sore hari. Sedangkan proses memasaknya dilakukan pada pukul 03.00 sebelum subuh.

Untuk memasak kue bongko ini, Halimah akan mencampur semua bahan, lalu satu per satu adonan yang masih cair itu dimasukkan ke dalam daun yang sudah dicetak.

"Satu bungkus itu kami pakai tiga lapis daun pisang supaya adonannya tidak bocor," jelasnya.

Setelah semuanya siap, kue bongko yang masih mentah itu akan dikukus selama 30 menit hingga adonan di dalam bungkusan daun pisang itu matang.

Meski berbahan dasar santan kelapa, kue bongko ini tidak cepat basi. Terbukti, banyak pelanggan Halimah yang membawa kue bongko itu ke Malaysia, Brunei Darussalam, hingga ke Sydney, Australia.

"Ini sampai lebih 16 jam tidak basi dan masih enak dinikmati. Karena kunci ketahanannya ada di cara pengolahan dan memasaknya," imbuh dia.

Salah satu penikmat Kue Bongko, Ika Asfida (36), warga asal Kabupaten Blitar ini mengaku kerap membeli kue bongko saat berkunjung ke Bangkalan.

Menurut dia, kue bongko buatan Halimah memiliki rasa yang nikmat dan berbeda dengan kue bongko lain.

"Mungkin karena ini pelopor kue bongko di Bangkalan, jadi menjaga resep aslinya. Makanya, rasanya dari dulu sampai sekarang tidak berubah, tetap nikmat," kata dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/27/105615878/melihat-kue-bongko-khas-arosbaya-sudah-bertahan-55-tahun

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com