Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Aan dari Posyandu Jiwo, Memilih Terbuka sebagai Pasien ODGJ agar Masyarakat Paham ODGJ Bisa Sembuh

Kompas.com, 17 April 2025, 09:10 WIB
Sukoco,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Suara musik rancak mengiringi belasan peserta senam di Balai Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Instruktur senam bersemangat mengajak peserta menggerakkan seluruh tubuh, meskipun sebagian peserta tampak bergerak ala kadarnya dengan tatapan kosong.

Di antara mereka, Aan Ariyanto (40) terlihat semangat bergerak mengikuti ritme lagu.

Hari ini, Aan memilih tidak berangkat ke pasar Plaosan untuk berdagang sayur, melainkan berkumpul dan berbagi cerita dengan rekan-rekannya sesama pasien di Posyandu Mbah Jiwo.

“Setiap bulan saya milih libur jualan untuk ketemu dengan teman-teman di sini. Ya ngobrol ya bercanda,” ujarnya di sela-sela kegiatan posyandu, Rabu (16/4/2025).

Baca juga: Pasien ODGJ dari Pedalaman Kupang Dievakuasi ke RSJ, Lewati Jalan Ekstrem selama 7 Jam

Aan mengaku merasa memiliki kesempatan hidup kembali setelah hampir tiga tahun menjadi pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Arif Zainudin, Solo.

Perjalanan kelamnya sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dimulai pada tahun 2005 ketika dia bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan.

Ketekunannya membuat mandor memberinya kepercayaan mengoperasikan molen pengaduk semen.

Namun, rekan kerjanya merasa iri dan mengancam keselamatannya.

“Ternyata teman sekerja tidak suka melihat saya rajin. Dia bilang saya kayak pekerja zaman penjajah. Saya diancam dibunuh dan disandera. Akhirnya saya ditolong polisi Jakarta dan diantar pulang ke Magetan,” imbuhnya.

Sesampainya di kampung halaman, Aan justru mengalami depresi akibat ketakutan berlebihan terhadap ancaman yang diterimanya di Jakarta.

Ketidaknyamanan ini semakin diperparah oleh gunjingan saudara-saudara terdekatnya.

Baca juga: ODGJ Tewas Dikeroyok di Jayapura, Keluarga Bawa Jasad ke Rumah Pelaku

“Setiap saya ingat ancaman rekan kerja dan mendengar saudara menggunjingkan keadaan saya, saya mengamuk dengan membanting piring, gelas, atau semua yang saya temukan." 

"Saya tidak ingat, tapi cerita orang-orang seperti itu. Saya banting piring gelas sampai piring gelas di lemari habis. Habis banting piring itu perasaan saya lega,” katanya.

Kebiasaan buruk tersebut membuat keluarganya membawa Aan bertemu dengan bidan desa, Deby, yang memiliki program memberikan suntikan obat penenang kepada warga yang memiliki keluarga ODGJ.

Aan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Arif Zainudin, Solo untuk pengobatan lebih lanjut.

“Sempat pulang pergi ke Solo untuk perawatan. Kemudian ada Posyandu Mbah Jiwo di desa bersama Bu Deby dan teman-teman lainnya. Kalau tidak hadir di posyandu itu dicari sama Bu Deby,” kenangnya sambil tertawa.

Di Posyandu Mbah Jiwo, Aan mendapatkan metode menangani emosi dari Bidan Deby, salah satunya dengan melampiaskan emosi ke bantal.

“Alhamdulillah dengan cara memukul bantal dan mencuci muka, emosi saya yang memuncak itu bisa mereda,” ucapnya.

Metode tersebut terbukti efektif, sehingga Aan mulai bisa mengendalikan emosinya.

Dengan konsumsi obat setiap hari, emosi Aan dinyatakan stabil.

Baca juga: Pria Baju Loreng yang Aniaya Bidan di Sumut Diduga ODGJ sejak SD

Namun, Aan kembali mengalami depresi setelah kehilangan ibunya.

Depresi kedua ini membuatnya sering mendengar gunjingan masyarakat yang memicu emosinya.

“Banyak yang mengatakan saya sering buang air sembarangan, itu membuat saya marah. Saya merasa saya tidak melakukan itu dan saya tidak ingat,” katanya.

Meskipun mengalami tantangan, Aan kembali menjalani pengobatan rutin dan aktif mengikuti kegiatan Posyandu Mbah Jiwo.

Dia juga mulai berjualan sayur di pasar Plaosan dan bertani di lahan sekitar 600 meter persegi.

Aan menikah pada tahun 2015 dan kini memiliki seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang bercita-cita menjadi dokter.

Aan mengakui bahwa meski telah menjalani rutinitas hidup seperti warga lainnya, dia memilih untuk tetap menghadiri kegiatan Posyandu Mbah Jiwo.

“Kalau tidak sibuk jualan biasanya saya akan datang, bertemu dan ngobrol dengan teman-teman memberi motivasi bahwa ODGJ bisa sembuh,” katanya.

Baca juga: Kuda Andong Lepas Kendali di Yogyakarta Usai Dipukul ODGJ

Ia juga berharap dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan terhadap ODGJ.

Melalui keterbukaannya, Aan berharap masyarakat bisa lebih menerima dan memahami keberadaan orang dengan gangguan jiwa.

“Saya menerima itu sebagai bagian dari perjalanan hidup dan saya memilih menghadapi itu. Masyarakat yang menerima keadaan dan membantu upaya pengobatan mereka adalah langkah terbaik,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau