Aan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Arif Zainudin, Solo untuk pengobatan lebih lanjut.
“Sempat pulang pergi ke Solo untuk perawatan. Kemudian ada Posyandu Mbah Jiwo di desa bersama Bu Deby dan teman-teman lainnya. Kalau tidak hadir di posyandu itu dicari sama Bu Deby,” kenangnya sambil tertawa.
Di Posyandu Mbah Jiwo, Aan mendapatkan metode menangani emosi dari Bidan Deby, salah satunya dengan melampiaskan emosi ke bantal.
“Alhamdulillah dengan cara memukul bantal dan mencuci muka, emosi saya yang memuncak itu bisa mereda,” ucapnya.
Metode tersebut terbukti efektif, sehingga Aan mulai bisa mengendalikan emosinya.
Dengan konsumsi obat setiap hari, emosi Aan dinyatakan stabil.
Baca juga: Pria Baju Loreng yang Aniaya Bidan di Sumut Diduga ODGJ sejak SD
Namun, Aan kembali mengalami depresi setelah kehilangan ibunya.
Depresi kedua ini membuatnya sering mendengar gunjingan masyarakat yang memicu emosinya.
“Banyak yang mengatakan saya sering buang air sembarangan, itu membuat saya marah. Saya merasa saya tidak melakukan itu dan saya tidak ingat,” katanya.
Meskipun mengalami tantangan, Aan kembali menjalani pengobatan rutin dan aktif mengikuti kegiatan Posyandu Mbah Jiwo.
Dia juga mulai berjualan sayur di pasar Plaosan dan bertani di lahan sekitar 600 meter persegi.
Aan menikah pada tahun 2015 dan kini memiliki seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang bercita-cita menjadi dokter.
Aan mengakui bahwa meski telah menjalani rutinitas hidup seperti warga lainnya, dia memilih untuk tetap menghadiri kegiatan Posyandu Mbah Jiwo.
“Kalau tidak sibuk jualan biasanya saya akan datang, bertemu dan ngobrol dengan teman-teman memberi motivasi bahwa ODGJ bisa sembuh,” katanya.
Baca juga: Kuda Andong Lepas Kendali di Yogyakarta Usai Dipukul ODGJ
Ia juga berharap dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan terhadap ODGJ.
Melalui keterbukaannya, Aan berharap masyarakat bisa lebih menerima dan memahami keberadaan orang dengan gangguan jiwa.
“Saya menerima itu sebagai bagian dari perjalanan hidup dan saya memilih menghadapi itu. Masyarakat yang menerima keadaan dan membantu upaya pengobatan mereka adalah langkah terbaik,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang