LUMAJANG, KOMPAS.com - Sersan Mayor (Serma) Novi Wahyu Santoso, seorang Babinsa Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, punya impian mulia untuk warga yang kerap terisolasi di Dusun Sumberlangsep.
Serma Wahyu biasanya menggendong anak-anak Sumberlangsep yang hendak berangkat sekolah menyeberangi aliran Sungai Regoyo apabila terjadi banjir lahar Gunung Semeru.
Namun, di hati kecilnya, ia sangat ingin menyediakan akses yang lebih aman untuk warga Dusun Sumberlangsep saat menyeberangi derasnya arus Sungai Regoyo saat diterjang banjir lahar.
Baca juga: Sekolah di Lumajang Ini Terpaksa Liburkan Siswa yang Kerap Terisolasi Banjir Lahar Semeru
Ia ingin memasang tali sling yang membentang sejauh 200 meter di atas Sungai Regoyo untuk digunakan sebagai penghubung Dusun Sumberlangsep dan Dusun Sumberkajar yang berada di seberang sungai.
Tali itu nantinya digunakan untuk menyeberang saat ada banjir lahar. Sehingga, anak-anak tidak perlu lagi berjalan menyusuri sungai dengan arus deras dan bebatuan yang terjal.
"Rencana saya kalau ada dananya mau ada tali sling itu nanti ada dudukannya buat menyeberangkan orang kayak lift-lift yang di salju itu," kata Wahyu kepada Kompas.com, Jumat (11/4/2025).
Baca juga: Kisah Serma Wahyu, 3 Tahun Gendong Anak-anak Seberangi Banjir Lahar Gunung Semeru
Sebagai gambaran, Sungai Regoyo adalah aliran sungai yang berada di kaki Gunung Semeru dan menjadi langganan banjir lahar dingin saat hujan turun.
Satu-satunya jalan yang bisa dilewati oleh warga di Dusum Sumberlangsep adalah jembatan limpas yang membentang di atas Sungai Regoyo sepanjang 200 meter dengan lebar jembatan hanya 2 meter.
Jembatan limpas adalah jembatan tanpa pagar yang konstruksinya mirip dengan dam atau bendungan. Letaknya tepat di aliran sungai.
Bagian bawah jembatan limpas diberi rongga untuk jalan air dan material sedangkan atasnya difungsikan untuk jalan melintas warga.
Namun, saat banjir lahar dingin menerjang, material banjir seperti pasir dan batu selalu melintas di atas jembatan. Sehingga, jembatan yang jadi akses satu-satunya bagi warga Sumberlangsep ini tidak bisa dilintasi.
Sebab, jika nekat melintas, risikonya sangat besar yakni jatuh ke aliran di bawah jembatan yang jaraknya lebih dari 5 meter.
Alternatifnya, warga yang hendak beraktivitas maupun anak-anak yang hendak pergi sekolah harus melintasi aliran Sungai Regoyo dengan arus yang cukup deras dan batuan yang terjal.
Meski sama-sama berbahaya, tapi risikonya lebih kecil dibanding jatuh dari jembatan limpas karena terseret arus.
Padahal, di Dusun Sumberlangsep terdapat ratusan anak yang masih menempuh pendidikan di seberang sungai, baik tingkat dasar maupun menengah atas.