Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rayakan Lebaran Ketupat, Warga Kampung NU Magetan Gantung 5.000 Ketupat Sepanjang 1 Km

Kompas.com, 9 April 2025, 14:27 WIB
Sukoco,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Warga Kampung Nahdlatul Ulama (NU) di Dukuh Njoso, Desa Turi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, memasang 5.000 ketupat dan lepat dengan cara digantung dengan tali di depan rumah masing-masing.

Tokoh masyarakat Kampung NU Desa Turi, Suyitno mengatakan, tradisi Lebaran ketupat dengan kegiatan wisata ketupat di kampungnya sudah berjalan sejak tahun 2017.

“Di sini ada sekitar 250 kepala keluarga, di mana masing-masing kepala keluarga menggantung 20 hingga 25 ketupat di depan rumah mereka. Kalau dihitung ya lebih dari 5.000 ketupat dengan panjang sekitar 1 kilometer,” ujarnya saat ditemui di depan rumahnya, Rabu (9/4/2025).

Baca juga: Tradisi Skilot di Pasuruan, Selancar di Atas Lumpur saat Rayakan Hari Raya Ketupat

Suyitno menambahkan, kegiatan wisata ketupat sempat dihentikan 2 tahun karena pandemi Covid-19. Kegiatan tersebut dilanjutkan lagi pada 2021 hingga saat ini.

Tujuan kegiatan wisata ketupat adalah menjalin silaturahmi dengan segenap warga, baik warga Desa Turi atapun warga dari desa lainnya di Kabupaten Magetan.

“Tradisi ketupat inikan mulai dilupakan, padahal tujuannya adalah menjalin silaturahmi, sehingga kita lestarikan lagi untuk lebih banyak lagi menjalin silaturahmi dari mana pun silakan datang dan menikmati ketupat di sini,” imbuhnya. 

Baca juga: Lebaran Ketupat Jadi Berkah Bagi Penjual Janur

Sri Rahayu, warga Desa Turi mengaku wisata ketupat di Kampung NU ini sudah menjadi tradisi yang akan diteruskan untuk menjalin silaturahmi tanpa memandang dari mana masyarakat yang datang ke kampung mereka.

Sri mengaku sudah mempersiapkan ketupat sejak satu hari sebelumnya.

“Kalau ketupat kita buat kemarin, untuk merebusnya tadi malam sampai malam karena butuh waktu 4 jam untuk merebus sebelum disajikan hari ini,” ujarnya.

Sementara Sumini, warga Kampung NU lainnya mengaku ikhlas merogoh uang belanja hingga Rp 200.000 lebih untuk mempersiapkan sekitar 40 ketupat dan sejumlah lontong.

Untuk menemani ketupat atau lontong dan lepet, dia juga membuat sayur lodeh dan opor serta sayuran pecel sebagai pelengkap ketupat.

"Untuk disajikan kita pakai sayur opor atau lodeh selain pecel. Kita juga ada kerupuk. Kalau anggaran ya lebih Rp 200.000. Tapi kita senang dan iklhas untuk sedekah mempererat silaturahmi,” katanya.

Wisata ketupat di Kampung NU Njoso Desa Turi dihadiri oleh ribuan warga dari berbagai daerah di sekitar Magetan.

Marni, warga asal Madiun juga turut hadir melihat dan menyantap ketupat pecel sayur yang disediakan warga.

Di depan rumah setiap warga tersedia meja dengan menu ketupat dan sayur lodeh serta pecel.

“Senang bisa melihat langsung dan menikmati ketupat pecel di Kampung NU sini. Saya sudah dua kali ke sini, selain unik dan khas juga tradisi menjalin silaturahmi harus dilestarikan,” ucapnya.

Kegiatan wisata ketupat di Kampung NU itu juga diramaikan dengan kesenian Reyog, penampilan kesenian rebana dan pengajian. Untuk lebih menggaungkan lagi kegiatan wisata ketupat di kampungnya, Suyitno mengaku akan mendatangkan pendakwah kondang, Muhammad Iqdam Khalid atau Gus Iqdam untuk kegiatan wisata ketupat tahun depan.

“Biar lebih banyak lagi warga yang datang kita akan mendatangkan penceramah seperti Gus Iqdam tahun depan, semoga beliaunya bisa hadir karena kegiatan di sini kan pagi hari, agar tradisi silaturahmi dengan menyajikan ketupat kembali menjadi tradisi,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau