SIDOARJO, KOMPAS.com - Momen mudik Lebaran Idul Fitri tahun ini membawa berkah tersendiri bagi para porter di Stasiun Surabaya Gubeng.
Pendapatan mereka melonjak signifikan.
Mustain Susilo (48), salah satu porter di Stasiun Surabaya Gubeng, mengaku pendapatannya naik 50 persen dibanding hari biasanya saat momen mudik hingga balik Lebaran.
“Alhamdulillah kenaikan 50 persen, tidak seperti tahun-tahun kemarin,” kata Mustain kepada Kompas.com, Selasa (8/4/2025).
Baca juga: Kisah Porter Stasiun Pasar Senen: Pulang Mudik Sehari, Kembali Cari Rezeki
Ia bercerita, karena Stasiun Surabaya Gubeng sedang ramai-ramainya penumpang di momen mudik, ia memilih tidak libur untuk berkumpul dengan keluarga saat Hari Raya.
“Saya waktu hari H Lebaran kemarin, pagi di rumah, sore langsung balik ke Surabaya. Jadi tiap hari saya di stasiun ini,” ucap pria asal Mojokerto tersebut.
Baca juga: Cerita Ruswanto, Porter Paruh Baya yang Masih Kuat Pikul Barang Bawaan Pemudik
Senyumnya semakin merekah, di antara ratusan penumpang yang menggunakan jasanya, tidak sedikit dari mereka yang memberikan uang lebih.
“Membawa kecil itu dikasih lebih. Alhamdulillah saya dan teman-teman dapat rezeki banyak. Jadi bisa buat keluarga,” tutur pria berkepala plontos itu.
Dalam sehari, sekitar 54 porter berlalu lalang di salah satu stasiun tersibuk di Surabaya ini selama 24 jam selama momen mudik hingga balik.
“Di Stasiun Surabaya Gubeng ini sangat ramai. Kami bekerja 24 jam, dan dibagi shift 54 porter itu. Tetapi, setiap stasiun beda jam kerjanya untuk porter,” kata dia.
Baca juga: Cerita Porter Stasiun Tawang, Raup Rezeki Melimpah Saat Mudik Lebaran dengan Tarif Seikhlasnya
Mustain sendiri mengaku sebagai mantan calo yang pada tahun 1990-an memperjualbelikan tiket kereta di area Stasiun Surabaya Gubeng.
“Kemudian calo kan dilarang, jadi saya bekerja sebagai porter mulai 1992 sampai sekarang di Stasiun Gubeng,” jelasnya.
Ia merasa bersyukur. Pendapatannya dari bekerja sebagai porter selama puluhan tahun, mampu menghidupi keluarganya.
Baca juga: Porter Stasiun Dibayar Harian, Pendapatan Lesu jika Sepi Penumpang
Wahyu Andinia Srika (31), salah satu penumpang, memilih membayar porter saat menaiki kereta api karena dianggap jasanya sangat membantu.
“Alasan pertama biar nggak ribet. Karena bawaanku pasti banyak dan berat. Alasan kedua sekalian berbagi aja,” terangnya.
Andinia bilang, beberapa porter memang menarik tarif tertentu untuk menawarkan jasanya.
Tetapi, sebagian lainnya tidak.
Meski begitu, dia mengaku seringkali memberikan uang lebih.
“Kalau bawaan saya banyak, saya beri Rp 50 ribu. Tapi, kadang saya kasihan kalau porternya sepuh dan malam-malam, jadi saya kasih lebih,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang