Namun, padatnya jadwal membawa konsekuensi tersendiri, terutama bagi tenaga dan waktu istirahat.
"Jadwal seperti ini jelas menguras fisik. Saya tetap harus menjaga kondisi, minum vitamin, dan sebisa mungkin menyempatkan istirahat meskipun sebentar. Yang penting badan tetap fit dan tidak gampang lelah di jalan," ungkapnya.
Baca juga: Tren Sewa iPhone di Semarang Melonjak Jelang Lebaran, Omzet Capai Puluhan Juta Rupiah
Tahun ini adalah tahun pertama Habibie tidak bekerja selama bulan Ramadhan.
"Biasanya di tahun-tahun lalu, sebelum dan setelah Lebaran, saya dapat tender dari travel besar. Tapi tahun ini benar-benar sepi, jadi Lebaran ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin," tuturnya.
Di tengah kesibukan, Habibie merasakan sisi emosional dari pekerjaannya.
"Hari pertama saya masih sempat kumpul keluarga. Tapi setelah itu, ya, tidak bisa ikut unjung-unjung. Yang paling sedih itu istri, karena dia harus merayakan Lebaran tanpa saya."
"Tapi bagaimana lagi? Ini sudah jadi bagian dari pekerjaan. Kami berdua saling mengerti dan merelakan. Yang penting hasilnya halal dan selamat," pungkasnya dengan penuh keikhlasan.
Meskipun harus berpisah dari keluarga di hari Lebaran, Habibie tetap berusaha menjalankan tugasnya dengan semangat.
Ia menyadari bahwa di balik setir kendaraan yang dikemudikannya, ada harapan dari banyak orang yang ingin bersilaturahmi dengan keluarganya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang