SUMENEP, KOMPAS.com - "Saya terus berusaha berdamai," kata Muhammad Hamka (30), seorang penderita epilepsi asal Kepulauan Sumenep, Jumat (14/3/2025).
Hamka, sapaan akrab Muhammad Hamka, adalah warga Desa Brakas, Kecamatan Pulau Raas, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, yang mengidap epilepsi sejak tahun 2011 atau 14 tahun lalu.
Seingatnya, penyakit yang biasa ditandai dengan kejang-kejang dan tidak sadarkan diri itu datang pertama kali saat dirinya duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hamka tidak pernah tahu mengapa penyakit itu menjangkitinya.
Baca juga: Epilepsi Bukan Aib, Upaya Linksos Tingkatkan Kesadaran dan Pemberdayaan
Saat itu, yang dia tahu hanyalah sikap kawan-kawan di sekolahnya yang terasa berbeda, termasuk keluarga di rumahnya.
Sebagai anak-anak yang baru akan lulus SMP, Hamka mengaku pernah merasa minder dengan penyakit yang dia derita. Sebab, setiap minggu epilepsinya pasti selalu kambuh.
Dia seringkali bertanya kepada keluarga, teman-temannya, bahkan dirinya sendiri, kapan penyakitnya akan sembuh.
Baca juga: Epilepsi Sering Disangka Kesurupan, Kenali Penyebab dan Pemicunya
Hanya saja, tidak pernah ada jawaban yang mampu meyakinkannya.
Setelah belasan tahun terlewati, Hamka mulai berusaha "berdamai".
Sejak saat itu, dia mengubah cara pikirnya bahwa penyakit itu bukanlah cobaan, melainkan pengingat bahwa Tuhan begitu menyayanginya.
"Dulu sering sekali berpikir, kapan penyakit ini akan sembuh. Ya tapi, dipikir-pikir lagi ini penyakit. Mau bagaimana lagi. Ya harus berdamai," sambung dia.
"Saya sudah mulai memberanikan diri untuk jalan jauh. Sudah tidak terlalu memikirkan penyakit ini. Kadang saya naik sepeda motor sendirian," ungkap Hamka dengan nada yakin.
Sebelum mampu "berdamai", penyakit yang dia derita pernah berkali-kali membahayakan nyawanya. Di antaranya, Hamka sudah berkali-kali jatuh ke laut saat sakitnya kambuh.
Kebetulan saja, rumah yang kini ditinggalinya berbatasan langsung dengan laut.
Pada kesempatan yang lain, bibir Hamka robek dan harus mendapatkan jahitan di Puskesmas Raas karena mendadak tak sadarkan diri saat jalan-jalan di dermaga.
"Pernah juga katanya saat saya sedang makan di dapur, mendadak kejang-kejang dan tidak sadarkan diri," ungkapnya.