Melihat gayung akhirnya bersambut, Slamet tak melewatkannya, dia kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kembali mengenal Ana.
Dibantu kerabat, Ana sering mengirim surat kepada Slamet, sementara Slamet jarang membalas surat tersebut, namun lebih memilih untuk langsung menemui sang pujaan hati di rumahnya.
“Bapak tidak bisa nulis-nulis surat, langsung apel,” ujar Slamet blak-blakan yang menciptakan senyum di sudut bibir Ana.
Yang menarik dari pasangan ini, di pernikahan mereka yang menginjak usia 35 tahun -atau yang juga disebut pernikahan giok, keduanya tetap memiliki prinsip yang sama, yaitu saling memahami.
Slamet juga memuji sikap istrinya tersebut. Karena dulu saat muda, meski berkecukupan, Ana tak pilih-pilih latar belakang ekonomi dalam berteman.
Baca juga: Embun Surga, Cahaya Harapan bagi Dhuafa Penderita Kanker di Purworejo
“Ketika sudah berumahtangga, jika ada masalah cekcok selesai ya selesai,” ucap Slamet.
Dia berpesan kepada pasangan yang menjalani pernikahan untuk menyelesaikan permasalahan berdua dan tak adu keras kepala.
Slamet tak memungkiri,setiap rumah tangga ada suka duka, namun demikian dibutuhkan upaya saling pengertian antara kedua belah pihak agar dapat terus menjalani pernikahan.
“Keduanya juga harus menjalani pernikahan dengan penuh tanggungjawab,” kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang