SURABAYA, KOMPAS.com - Di tengah polemik pembatasan penjualan gas elpiji 3 kilogram yang sempat hanya boleh dijual melalui pangkalan resmi, sejumlah warga di Surabaya Raya justru tak terlalu memusingkan hal tersebut.
Mereka memiliki alternatif lain untuk memasak. Yoppy (24), warga Pacar Keling, Surabaya, mengaku sudah beralih menggunakan jaringan gas (jargas) sejak 2021.
Menurut dia, hampir seluruh warga di kampungnya kini jarang melakukan transaksi jual-beli gas elpiji 3 kg.
"Malah, ada beberapa warung dan toko kelontong yang enggak kulakan untuk ngestok gasnya lagi pada waktu itu. Jadi, yang jual gas LPG 3 kg ya cuman agen doang," ujar Yoppy saat ditemui, Rabu (5/2/2025).
Baca juga: Tak Ada Antrean, Pengecer Elpiji 3 Kg Harap Pasokan Gas Tidak Berkurang
Meski mengakui penggunaan jargas lebih hemat dari segi biaya, Yoppy mengungkap ada trade-off yang harus dihadapi.
"Kalau memiliki jargas, meskipun bisa dibilang dapat lebih murah, tetapi dalam pemakaian dapat dikatakan lebih boros juga."
"Kan ini pakai meteran, ketika menyalakan kompor dengan api maksimal itu gas yang dikeluarkan lebih boros kalau dilihat dari meterannya," sebut dia.
Berbeda dengan Yoppy, Rohman (23), warga Tanah Merah, Bangkalan, Madura, masih bertahan dengan cara tradisional, yakni menggunakan kayu bakar.
Menurut dia, gas elpiji hanya digunakan untuk keperluan memasak ringan.
"Kompor LPG dipake cuma buat masak-masak ringan, kayak goreng telur, bikin mi instan, kopi. Kalau di rumah, ibu saya masak nasi, goreng ikan banyak gitu, lebih sering pake kayu bakar," kata Rohman.
Ia bersyukur masih memiliki opsi kayu bakar di tengah kebijakan pembatasan gas elpiji bersubsidi ini.
"Ya semoga Pemerintah nggak terlalu menyulitkan lah ya. Di kota saja sampai bingung, Mas. Apalagi nanti di desa."
"Minusnya di kota nggak bisa survive kayak di desa, pakai kayu bakar," ungkap dia.
Baca juga: Boleh Jualan Gas Lagi, Stok Elpiji 3 Kg di Pengecer Banten Masih Kosong
Sementara itu, Pak Hadi (43), penjual kue lekker di Surabaya, punya kisah berbeda.
Ia menggunakan arang sebagai bahan bakar utama dalam berdagang. "Kalau jualan gini dari dulu memang nggak pakai gas elpiji. Pakai arang," ujar dia sambil tersenyum.