SURABAYA, KOMPAS.com - Nur (33), seorang pengecer gas LPG 3 kilogram di kawasan Manukan, Surabaya, mengaku hanya mendapatkan jatah empat tabung gas dari agennya pada Selasa (4/2/2025).
Dalam situasi tersebut, ia terpaksa menyembunyikan stok gas melon yang dimilikinya.
"Saya kan punya banyak gas, tapi cuma dikasih segitu. Itu pun saya sembunyikan, untuk langganan saya," ungkap Nur kepada Kompas.com.
Tindakan Nur menyembunyikan gas melon bukan tanpa alasan. Ia melakukan hal ini demi mengamankan pasokan bagi pelanggan setianya.
Baca juga: Pengecer Masih Sulit Dapatkan Gas Elpiji 3 Kg, Warga Bolak-balik 10 Kali
"Jadi kalau misal yang beli orang lain, saya bilang kosong. Tapi, kalau langganan saya, saya kasih. Rahasia sebenarnya," tambahnya.
Strategi Nur ini dibenarkan oleh Ima (23), salah satu pelanggan tetapnya. Warga Manukan ini mengaku mengalami kesulitan dalam mendapatkan gas melon sebelumnya.
"Kemarin saya keliling memang nggak ada. Kosong di daerah sini," kata Ima.
Ima merasa beruntung karena statusnya sebagai pelanggan tetap.
"Hari ini saya datang lagi ke toko Mbak Nur. Dari depan gasnya kosong semua. Tapi Mbak Nur bilang kalau yang beli saya dikasih, soalnya langganan," ujarnya.
Situasi serupa juga dialami oleh Sulistiyani (38), yang akrab disapa Bu Lis. Ia mengaku harus berkeliling mencari gas melon bersama anaknya.
"Kemarin juga muter-muter saya. Hampir semua kosong," tuturnya.
Baca juga: Pangkalan Elpiji di Surabaya Batasi Pembelian Gas Melon
Kelangkaan gas melon ini terjadi menyusul kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melarang pengecer menjual LPG 3 kilogram.
Namun, pada hari ini, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan kebijakan baru yang memperbolehkan pengecer kembali menjual gas melon.
Para pengecer akan diangkat menjadi subpangkalan.
"Jadi mulai hari ini pengecer-pengecer seluruh Indonesia kembali aktif dengan nama subpangkalan," kata Bahlil saat meninjau pangkalan elpiji di Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Perubahan kebijakan ini merupakan respons atas arahan Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah berencana memfasilitasi para pengecer dengan aplikasi untuk mengontrol penjualan elpiji 3 kg agar tepat sasaran.
"Nanti Pertamina dengan ESDM akan membekali mereka sistem aplikasi dan proses mereka menjadi subpangkalan tidak dikenakan biaya apapun. Bahkan kami akan proaktif mendaftarkan mereka menjadi bagian yang formal agar mereka menjadi UMKM," ujar Bahlil.
Di Manukan, Bu Lis menyambut positif kebijakan baru ini. "Ya susah juga kalau pedagang eceran nggak boleh, dan izinnya ribet," ujarnya.
Baca juga: Maluku Tidak Terdampak Aturan Elpiji 3 Kg, Stok Gas Non-subsidi Aman 96 Hari ke Depan
Ia berharap situasi segera membaik. "Beberapa toko eceran ngisi lagi hari ini, cuma dibatasi. Semoga ya lekas membaik, kasian pedagang sama yang beli," pungkasnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, tercatat ada 370.000 supplier elpiji 3 Kg di seluruh Indonesia yang akan diangkat menjadi subpangkalan.
Mereka akan diawasi ketat terkait harga jual.
"Kriterianya yang sudah beroperasi semuanya kita angkat jadi subpangkalan sambil kita lihat ke depan."
"Andai kalau ada yang tidak mengikuti, contoh dia jual harganya mahal, harus dikasih sanksi, jangan harga dibuat semau-maunya," tegas Bahlil.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang