Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geng Gemes, "Berburu" Anak Jalanan di Surabaya untuk Disekolahkan

Kompas.com, 27 Januari 2025, 19:33 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Komunitas Gerakan Mengajak Sedekah Surabaya (Geng Gemes) membagikan cerita tentang bagaimana memilih ratusan anak jalanan dan yatim piatu untuk disekolahkan kembali.

Ketua Yayasan Geng Gemes, Hadi Prayitno mengatakan, komunitas tersebut didirikan oleh beberapa orang temannya pada 2016 silam. Lalu, komunitas ini telah berubah menjadi yayasan sekitar tahun 2020.

"Kalau awalnya orangnya silih berganti, sekarang ada belasan orang pengurus. Kita semua bekerja jadi Geng Gemes tidak mencari uang," kata Hadi saat dikonfirmasi, Senin (27/1/2025).

Hadi menyebut, belasan pengurus Geng Gemes memiliki tugasnya sendiri dalam menjalankan komunitas. Sebab, setiap anggota membagi peran karena juga disibukkan oleh pekerjaan.

Baca juga: Geng Gemes, Sekolahkan Anak Jalanan dan Yatim Piatu di Surabaya

"Ya ada yang bagian terjun ke masyarakat terus mencarikan sekolah, ada yang bagian survei anak-anaknya. Tapi nanti biasanya ganti-gantian tergantung yang lagi off kerjanya," ujar dia.

"Karena pengurus itu semuanya pekerja, jadi kami bukan pekerja di Geng Gemes. Jadi komunitas ini hanya untuk menyalurkan kesenangan saja, enggak ada keuntungannya," tambah dia.

Lebih lanjut, ketika ada anak yang ingin sekolah, bisa meminta tolong pada Geng Gemes di kantornya yang berada di pertokoan San Antonio Pakuwon City, Jalan Kalisari Utara, Mulyorejo, Surabaya.

"Kantornya Geng Gemes itu di ruko (rumah toko) San Antonio, itu punyanya donatur yang rukonya enggak dipakai disuruh nempatin. Kalau rumah singgah di Jalan Kedung Pengkol," ucap dia.

Hadi mengungkapkan, Geng Gemes memiliki kriteria sendiri dalam membantu melanjutkan pendidikan. Utamanya, anak jalanan dalam kondisi yatim piatu dan putus sekolah.

"Nanti akan kami survei, enggak pernah kita enggak survei, jadi datanya anak ini memang valid. Di luar anak yatim piatu, ya kita ambil ceritanya. Kalau benar-benar mau sekolah, kita daftarkan," sambung dia.

Hadi menceritakan, ada kondisi salah satu anak yang didaftarkannya, namun masih memiliki orangtua.

Bocah tersebut menyisihkan penghasilan dari bekerja menjaga warung kopi untuk sekolah.

"Dia ini anaknya preman, tapi pas kerja jaga warung kopi gajinya ini cuma diambil sebagian."

"Terus ada yang lapor dan kami survei, ternyata butuh bantuan, ya kami biayai sekolahnya," kata dia mencontohkan.

Diketahui, Geng Gemes saat ini sudah berhasil menyambung pendidikan sebanyak 243 anak jalanan, yatim piatu, dan putus sekolah. Mereka sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kuliah.

"Sebenarnya anak jalanan ingin kembali ke masyarakat, tapi mereka tidak tahu bagaimana. Harapan kami, ketika mereka lelah hidup di jalanan, mereka punya senjata, ya ijazah sekolah," ungkap dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau