Meski begitu, Mahfud mengakui bahwa berdasarkan hasil survei, kualitas demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia masih buruk.
“Yang selalu ditegakkan Gus Dur kan pluralisme, penegakan kesamaan hak, dan kedaulatan hukum yang sekarang ini masih agak bermasalah, tapi tidak apa-apa, namanya juga proses,” tandasnya.
Berbicara soal Gus Dur, presiden yang dijuluki Bapak Pluralisme ini memiliki kedekatan khusus di hati masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Faktor inilah yang menjadi alasan bagi GUSDURian Surabaya untuk memperingati Haul Gus Dur di Masjid Muhammad Cheng Hoo.
“Tempat ini menunjukkan ciri khas Tionghoa, tapi bukan kelenteng, melainkan masjid,” kata Ketua Pelaksana Peringatan Haul Gus Dur ke-15 Surabaya, Fathurrahman (28).
Dihadiri sekitar 500 orang dengan berbagai latar belakang, peringatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk ikut bergerak saling menghormati perbedaan.
“Untuk memotivasi teman-teman muda agar seperti apa sih mereka harus bergerak untuk orang-orang di sekitarnya,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang