MALANG, KOMPAS.com - Pelaku usaha di Kampung Tempe Sanan, Kota Malang, Jawa Timur, harus putar otak menghadapi kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram yang akan berlaku di tingkat pangkalan se-Jawa Timur mulai Rabu (15/1/2025) besok.
HET elpiji 3 kilogram naik dari sebelumnya Rp 16.000 menjadi Rp 18.000.
Ketua Pokdarwis Kampung Tempe Sanan, Dra Trinil Sri Wahyuni mengatakan, pelaku usaha kripik tempe hanya menerima informasi selentingan saja terkait akan adanya kenaikan harga elpiji.
Baca juga: Harga Elpiji 3 Kg Naik, Warga Banyuwangi Diimbau Beli Langsung ke Pangkalan
Kondisi ini berdampak karena ada sekitar 80 persen dari sekitar 500 produsen kripik tempe merupakan pengguna elpiji.
"Sangat berdampak tentunya, karena tabung elpiji melon (3 kilogram) di sini sangat dibutuhkan oleh pengrajin kripik tempe Sanan, di sisi lain memang ada yang menggunakan biogas, kemudian kayu bakar untuk memberi kesempatan yang legend karena Kampung Tempe Sanan di sini untuk wisata juga," kata Sri Wahyuni, Selasa (14/1/2025).
Baca juga: Harga Elpiji 3 Kg di Jawa Timur Naik, Penjual: Pelanggan Tak Masalah asal Stok Ada
Para pelaku usaha rata-rata menggunakan 3-5 tabung gas elpiji melon setiap harinya sesuai kapasitas produksi. Ada sekitar 5 pangkalan elpiji yang mencakup dua wilayah RW di sana dan rata-rata menyuplai para pelaku usaha kripik tempe.
"Di sini sudah dimintai KTP dan sebagainya, sudah ada pelanggannya sendiri-sendiri," katanya.
Para produsen kripik tempe akan mencari cara apabila kenaikan harga elpiji terlalu berdampak terhadap perolehan keuntungan. Biasanya pelaku usaha akan mengurangi jumlah satu atau dua kepingan tempe dalam satu kemasan produk.
Hal itu supaya harga setiap produk kripik tempe dapat dijual dengan harga yang sama meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku.
"Itu kembali lagi ke pelaku usahanya sendiri menaikkan harga atau tidak, biasanya harga jual agar bisa tetap sama jadi jumlah kepingannya dikurangi satu atau dua. Tapi, kalau memang harga bahan baku seperti tepung, telur, minyak naik, kalau terpaksa naik ya sudah naik," katanya.
Hasil kripik tempe yang baru digoreng dari produk milik Laili Afrida di Kampung Tempe Sanan, Kota Malang, Jawa Timur. Pelaku usaha kripik tempe lainnya, Laili Afrida mengatakan, kenaikan harga elpiji tak masalah baginya asalkan ketersediaan terjaga. Dia setiap harinya membutuhkan sekitar 3 tabung elpiji untuk menghasilkan 57-60 bungkus kripik tempe.
"Enggak apa-apa naik, yang penting barang (pasokan elpiji) ada," katanya.
Dia mengatakan, adanya kenaikan harga elpiji tidak akan membuatnya menaikkan harga produk kripik tempenya. Produknya sudah naik harga dari Rp 5.500 dan saat ini menjadi Rp 6.500. Menurutnya, kondisi ini sudah cukup dan tak menjadi persoalan.
"Pembeli saya alhamdulillah enggak kesulitan, karena pelanggan sudah tahu rasa produk saya, malah kata pelanggan saya kalau harganya dinaikkan tidak menolak asalkan bahan baku jangan dikurangi. Tapi saya tidak menaikkan harga, karena sebelumnya sudah saya naikkan," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram akan diberlakukan Rp 18.000 setiap tabung pada Rabu (15/1/2025). HET terbaru ini berlaku di tingkat pangkalan seluruh daerah kota atau kabupaten di Jawa Timur dari sebelumnya Rp 16.000.
Kebijakan ini sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor: 100.3.3.1/801/KPTS/013/2024 yang diterbitkan pada 24 Desember 2024.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang