Sambil mengobrol, ibu-ibu ini memang tengah mengawasi segerombol anak-anak yang berenang sejak pukul 06.00 WIB tadi. Wajah mereka itu justru menunjukkan ekspresi senang di saat banjir tak kunjung surut.
Menurut keterangan warga, sudah 10 hari banjir merendam rumah-rumah mereka. Meski sempat surut beberapa saat, namun ketinggian banjir kembali meningkat sejak malam kemarin (15/12/2024).
“Kemarin itu sempat surut karena disedot saat BPBD. Terus sekarang tinggi lagi, karena semalam hujan deras dari sore sampai pagi tadi,” ujar Baiyah.
Di depan warung tempat mereka berkumpul, BPBD Sidoarjo telah memberikan peil scale atau alat pengukur ketinggian banjir. Pada alat tersebut menunjukkan ketinggian mencapai 50 sentimeter.
Ada beberapa warga yang mengungsi ke rumah saudara mereka. Tapi, sebagian warga memilih menetap untuk menjaga kondisi rumah.
“Kalau malam, ada yang mengungsi di masjid depan untuk tidur. Kalau mau BAB sama mandi yang kamar mandingnya nggak bisa pergi ke pom bensin depan,” tuturnya.
Baca juga: Lansia yang Terseret Banjir Dompu Belum Ditemukan, Tim SAR Sisir Aliran Sungai 2 Km
Menurut Jualika (51), tahun ini menjadi banjir terparah di lingkungan mereka. Sebelumnya, air hanya menggenang dan sedikit yang masuk ke rumah warga.
“Saya hidup lebih dari 30 tahun di sini. Sepertinya tahun ini terparah, sebelumnya nggak setinggi ini. Air masuk ke rumah tapi nggak sampai tenggelam,” jelasnya.
Tidak sedikit warga yang mengalami gatal-gatal, demam, dan diare akibat dampak dari banjir yang merendam Desa Ngaban dan Desa Boro.
“Tetangga saya ada yang demam beberapa hari. Terus diare, gatal-gatal tapi ada tim kesehatan yang kemarin ke sini,” bebernya.
Sementara itu, menurut Ketua RT 13 RW 03 Desa Ngaban, Sugianto (52) mengatakan banjir mulai merendam sejak tanggal 8 Desember 2024.
“Sungai Candi sebelah Utara itu meluap dan nggak bisa nampung, akhirnya ke sini,” ujarnya.
Dia juga mengeluhkan masalah terbatasnya akses warga yang hanya ada di Desa Ngaban. Menurutnya, hal itu menyulitkan warga Desa Boro sulit berlalu lalang dan membuat aktivitas lumpuh.
“Satu-satunya akses lewat samping sungai di RT 02. Kemarin saya buat jembatan darurat dari cor-coran, tapi dibongkar dan diganti besi,” katanya.
Sugianto berharap, pihak Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui BPBD segera mengatasi banjir yang merendam 48 Kartu Keluarga (KK) terdampak di lingkungannya.
“Kemarin sudah ada bantuan air bersih dan obat-obatan dari puskesmas,” pungkasnya.
Saat Kompas.com meninjau lokasi banjir, warga gotong royong membagikan bantuan makanan berupa biskuit yang disalurkan dari BPBD Sidoarjo. Berjibaku menerjang banjir mengetuk setiap pintu rumah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang