Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Parah, Aktivitas Warga Desa Ngaban dan Boro di Sidoarjo Lumpuh

Kompas.com, 16 Desember 2024, 13:01 WIB
Izzatun Najibah,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Sambil mengobrol, ibu-ibu ini memang tengah mengawasi segerombol anak-anak yang berenang sejak pukul 06.00 WIB tadi. Wajah mereka itu justru menunjukkan ekspresi senang di saat banjir tak kunjung surut.

Menurut keterangan warga, sudah 10 hari banjir merendam rumah-rumah mereka. Meski sempat surut beberapa saat, namun ketinggian banjir kembali meningkat sejak malam kemarin (15/12/2024).

“Kemarin itu sempat surut karena disedot saat BPBD. Terus sekarang tinggi lagi, karena semalam hujan deras dari sore sampai pagi tadi,” ujar Baiyah.

Di depan warung tempat mereka berkumpul, BPBD Sidoarjo telah memberikan peil scale atau alat pengukur ketinggian banjir. Pada alat tersebut menunjukkan ketinggian mencapai 50 sentimeter.

Ada beberapa warga yang mengungsi ke rumah saudara mereka. Tapi, sebagian warga memilih menetap untuk menjaga kondisi rumah.

“Kalau malam, ada yang mengungsi di masjid depan untuk tidur. Kalau mau BAB sama mandi yang kamar mandingnya nggak bisa pergi ke pom bensin depan,” tuturnya.

Baca juga: Lansia yang Terseret Banjir Dompu Belum Ditemukan, Tim SAR Sisir Aliran Sungai 2 Km

Menurut Jualika (51), tahun ini menjadi banjir terparah di lingkungan mereka. Sebelumnya, air hanya menggenang dan sedikit yang masuk ke rumah warga.

“Saya hidup lebih dari 30 tahun di sini. Sepertinya tahun ini terparah, sebelumnya nggak setinggi ini. Air masuk ke rumah tapi nggak sampai tenggelam,” jelasnya.

Tidak sedikit warga yang mengalami gatal-gatal, demam, dan diare akibat dampak dari banjir yang merendam Desa Ngaban dan Desa Boro.

“Tetangga saya ada yang demam beberapa hari. Terus diare, gatal-gatal tapi ada tim kesehatan yang kemarin ke sini,” bebernya.

Sementara itu, menurut Ketua RT 13 RW 03 Desa Ngaban, Sugianto (52) mengatakan banjir mulai merendam sejak tanggal 8 Desember 2024.

“Sungai Candi sebelah Utara itu meluap dan nggak bisa nampung, akhirnya ke sini,” ujarnya.

Dia juga mengeluhkan masalah terbatasnya akses warga yang hanya ada di Desa Ngaban. Menurutnya, hal itu menyulitkan warga Desa Boro sulit berlalu lalang dan membuat aktivitas lumpuh.

“Satu-satunya akses lewat samping sungai di RT 02. Kemarin saya buat jembatan darurat dari cor-coran, tapi dibongkar dan diganti besi,” katanya.

Sugianto berharap, pihak Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui BPBD segera mengatasi banjir yang merendam 48 Kartu Keluarga (KK) terdampak di lingkungannya.

“Kemarin sudah ada bantuan air bersih dan obat-obatan dari puskesmas,” pungkasnya.

Saat Kompas.com meninjau lokasi banjir, warga gotong royong membagikan bantuan makanan berupa biskuit yang disalurkan dari BPBD Sidoarjo. Berjibaku menerjang banjir mengetuk setiap pintu rumah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau