SURABAYA, KOMPAS.com - Aktivitas warga Desa Ngaban dan Desa Boro, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, lumpuh sejak banjir menggenangi rumah mereka sejak sepekan belakangan.
Maimanah (55), warga Desa Ngaban RT 1 RW 1, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, setiap malam pikirannya resah.
Sejak memasuki musim hujan tahun ini, air kerap masuk ke dalam rumahnya yang berdinding keramik. Ketinggiannya bisa mencapai setengah lutut orang dewasa.
“Kalau hujan, air itu saya amati muncul dari sela-sela ubin. Saya lihatin terus, lama-lama jadi gini (banjir),” katanya kepada Kompas.com, Senin (16/12/2024).
Baca juga: Toko di Sidoarjo Jual Bensin Campur Air Radiator, Pemilik Diperiksa
Hujan yang mulai mengguyur saat sore hari seperti menjadi momok. Dia langsung mempersiapkan diri untuk mengungsi ke tempat yang aman. Paginya kembali untuk mengecek kondisi rumah.
“Magrib saya langsung pindah ke rumah saudara di depan. Tidur jadi enggak tenang,” ucapnya.
Baca juga: Potong Insentif Pegawai, Bupati Sidoarjo Nonaktif Dituntut 6 Tahun 4 Bulan Penjara
Untuk menghilangkan rasa kebosanan, Maimanah memilih menerjang banjir dengan berjalan kaki menuju rumah tetangganya di Desa Boro yang hanya beda gang.
“Main ke tetangga, banjir gini daripada enggak ngapa-ngapain. Jadi makin banyak ngobrol,” ujarnya.
Di sebuah pelataran warung kelontong menjadi markas bagi ibu-ibu untuk berkumpul setiap hari. Secangkir teh hangat menjadi pelengkap obrolan mereka.
Warung itu dibangun pemiliknya sedikit lebih tinggi sehingga tidak ikut terendam banjir seperti bangunan-bangunan lain di sekitarnya.
Selain Maimanah, tiga perempuan lainnya yang sedang berkumpul itu merupakan warga RT 13 RW 03 Desa Boro, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.
“Ya gini, ngobrol. Anak libur (sekolah) semua, kerja enggak bisa kan, motor enggak bisa keluar,” kata Baiyah (62).