Produk jaket bomber batik ini memiliki motif yang tergolong limited edition, yakni 50 piece untuk kualitas eksklusif dan 250 piece untuk kualitas premium.
Motif Mandala, Phoenix, dan Caraka menjadi andalan yang terus diproduksi.
"Harga premium Rp 300.000 per piece, dan eksklusif Rp 450.000. Kalau premium batiknya kombinasi tulis, kalau eksklusif lebih tebal dengan kain batik yang tulis," tuturnya.
Baca juga: Kerajinan Bambu Tasikmalaya Tembus Pasar Eropa, Amerika dan Asia
Namun, Claudino mengungkapkan bahwa ada tantangan dalam produksi, terutama dalam pemilihan motif batik yang tidak selalu bisa diterapkan.
Pola antara badan dan lengan jaket harus nyambung, dan terkadang ada motif yang tidak cocok.
"Kadang ada motif yang tidak bisa dibuat jaket, kita trial and error setiap motif, kalau kurang menarik kita stop produksi," ujarnya.
Di Indonesia, jaket bomber batik ini sudah laku di Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan. Untuk pasar internasional, produk ini sudah diekspor ke Malaysia, Jepang, Singapura, dan Polandia.
Baca juga: Perajin Tas Bordir Tasikmalaya Tembus Pasar Amerika, Afrika, dan Eropa
Claudino menargetkan pasar kelas menengah, seperti pejabat. Penjualan paling ramai terjadi pada hari raya Idul Fitri dan Hari Batik.
"Ekspor tahun ini, kita sudah 4-5 kali, sekali ekspor kirim lebih dari 10 piece. Produk kita juga dipakai news anchor salah satu stasiun TV waktu Hari Batik," ujar Claudino.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang