Siapa sangka, produk jaket ini telah menembus pasar internasional, termasuk Singapura, Malaysia, Jepang, dan Polandia.
Viralnya produk ini bermula dari video TikTok yang memperlihatkan seorang tukang becak yang di-makeover untuk menjadi model.
Dalam video tersebut, tukang becak itu ditata rambutnya, dipakaikan jaket bomber batik, dan kemudian difoto. Video ini berhasil menarik perhatian dengan meraih 5,5 juta viewer.
Claudino Dasilva, pemilik Dasilva Batik, mengungkapkan bahwa dia memfokuskan diri pada produksi jaket bomber batik sejak 2022, meskipun usaha batiknya sudah dimulai sejak 2017.
Sebelumnya, dia berperan sebagai supplier baju batik dan sekarang fokus pada branding produk sendiri.
"Saya dulu itu supplier baju-baju batik, jadi kalau sekarang ini seperti reseller tapi saya branding sendiri. Baru dua tahun ini fokus utama ke jaket bomber batik, tapi kami juga menerima custom kemeja batik, seragam batik, baju keluarga batik," ujar Claudino, Minggu (1/12/2024).
Claudino memilih untuk fokus pada jaket bomber batik karena semakin kompetitifnya pasar batik, dan dia melihat jaket bomber sebagai produk yang fleksibel, cocok untuk acara formal dan non-formal.
"Kalau jualan kemeja dan lainnya, yang basic-basic kompetisinya ketat. Kita inovasi ke jaket bomber, peluang produk batik dengan style modern, pemakaiannya kondisional, jadi kami ingin mengenalkan bahwa pakai batik tidak hanya kemeja saja," tambahnya.
Setiap jaket bomber yang diproduksi oleh Dasilva Batik dikerjakan oleh lima penjahit asal Singosari, Kabupaten Malang.
Para penjahit ini merupakan korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam sehari, mereka bisa memproduksi 10-12 jaket, tapi jumlahnya tergantung pada permintaan pasar.
"Kalau jaket, sehari bisa produksi 10-12 piece, tapi kita melihat permintaan dulu, kalau biasa saja, ya sekitar 4-5 piece. Kalau kain batiknya kita ambil dari perajin Jawa Tengah," jelasnya.
Produk jaket bomber batik ini memiliki motif yang tergolong limited edition, yakni 50 piece untuk kualitas eksklusif dan 250 piece untuk kualitas premium.
Motif Mandala, Phoenix, dan Caraka menjadi andalan yang terus diproduksi.
"Harga premium Rp 300.000 per piece, dan eksklusif Rp 450.000. Kalau premium batiknya kombinasi tulis, kalau eksklusif lebih tebal dengan kain batik yang tulis," tuturnya.
Namun, Claudino mengungkapkan bahwa ada tantangan dalam produksi, terutama dalam pemilihan motif batik yang tidak selalu bisa diterapkan.
Pola antara badan dan lengan jaket harus nyambung, dan terkadang ada motif yang tidak cocok.
"Kadang ada motif yang tidak bisa dibuat jaket, kita trial and error setiap motif, kalau kurang menarik kita stop produksi," ujarnya.
Di Indonesia, jaket bomber batik ini sudah laku di Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan. Untuk pasar internasional, produk ini sudah diekspor ke Malaysia, Jepang, Singapura, dan Polandia.
Claudino menargetkan pasar kelas menengah, seperti pejabat. Penjualan paling ramai terjadi pada hari raya Idul Fitri dan Hari Batik.
"Ekspor tahun ini, kita sudah 4-5 kali, sekali ekspor kirim lebih dari 10 piece. Produk kita juga dipakai news anchor salah satu stasiun TV waktu Hari Batik," ujar Claudino.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/01/165328778/berdayakan-korban-phk-jaket-batik-dari-malang-tembus-pasar-polandia