Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambal Tumpang, Tempe Busuk yang Disulap Jadi Kuliner Bercitarasa Gurih

Kompas.com, 26 November 2024, 10:55 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Seperti pemandangan pada Minggu (24/11/2024), warung tersebut banyak dijejali para pelanggannya.

Selain tumpang, warung yang berciri citarasa masakan pedas ini juga menyediakan menu sambel pecel dan rawon.

Awal (50), pemilik Warung Garuda, mengatakan, setiap hari dia mampu menghabiskan hingga sekitar 20 kilogram beras. Pecel dan tumpang tetap menjadi menu yang paling digemari pelanggannya.

“Nasi tumpang juga pecel campur tumpang yang dominan,” ujar Awal kepada Kompas.com, Minggu (24/11/2024).

Baca juga: Nasi Pecel Madiun, Sajian Makanan Penuh Gizi Favorit Presiden SBY

Selain menu utama tersebut, dia juga menjajakan aneka lauk tambahan mulai dari perkedel asli kentang, tahu dan tempe goreng, hingga aneka sate mulai kerang dan jeroan ayam.

Sebagai penghilang dahaga, selain es teh hingga es jeruk, dia juga menyediakan minuman tradisional, yaitu es sari kedelai.

Soal harga, dia mematok harga serba Rp 9.000 untuk nasi tumpang maupun nasi pecelnya. Lauk perkedel Rp 3.000 dan sate bekicot Rp 2.000.

Dengan citarasa unggulannya itu, banyak pembeli yang akhirnya menjadi pelanggan tetap.

Salah satunya adalah Desta, yang termasuk pelanggan tetap dan bahkan kerap mengundang kuliner tumpang Garuda untuk hajatan yang digelarnya.

“Sebab di sini citarasanya khas. Kelezatannya berpadu dengan rasa pedas. Menunya juga komplet. Kalau dinilai skala 1-10, saya kasih nilai 9. Nyaris sempurna,” ujar pria yang juga seorang dosen ini.

Cara masak sambel tumpang

Awal mengatakan, cara pembuatan sambel tumpang relatif mudah. Bahan tempe busuk tersebut tinggal direbus dengan aneka rempah seperti bawang merah dan bawang putih, garam, hingga santan.

Karena citarasa pedas, dia menambahkan hingga 3 kilogram cabai. Itu untuk kebutuhan jualan hariannya.

“Bikinnya mudah kok. Semua orang bisa. Semua bahan itu direbus hingga mengental,” ungkapnya.

Dalam fase merebus itu, menurutnya tidak boleh berlama-lama. Sebab bisa menyebabkan masakan menjadi hitam dan cenderung pahit.

Soal citarasa dan kelezatan, menurut pedagang yang sudah menjalankan usahanya dari generasi ke generasi ini salah satunya terletak pada kualitas tempenya.

Tempe itu ada yang memang busuk karena sortiran pasar tetapi juga ada tempe yang sengaja dibusukkan untuk pembuatan tumpang.

“Dan tentu juga dipengaruhi oleh tangan pemasaknya,” pungkas Awal yang pernah merantau di Bali itu.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau