Dengan telaten, dia melatih anak-anak tersebut untuk terampil dan kreatif. Asal serius, telaten, dan rajin, Iwan yakin semua orang memiliki kesempatan yang sama.
Beberapa bodi mobil bekas yang berbahan baja, fiber, dan aluminium telah dilepas. Para pegawai terlihat sibuk mengelas dan menyatukan komponen, memasang serta menutupi mesin untuk membentuk desain baru.
Semuanya dibuat dengan manual tanpa bantuan mesin modern.
Baca juga: Kisah Jasmine, Lestarikan Kebudayaan Lewat Fashion dan Ulos Heritage Museum
“Saya bekerja dengan hati. Yang bikin sulit itu ketika kita menemukan gambar (desain), tapi tidak sesuai dengan konstruksi. Engine mounting chassis-nya itu tidak sesuai, tapi bisa teratasi,” tuturnya.
“Saya hanya berusaha mengubah casing jadi mobil (bekas) dicopot, diganti yang lain. Kita enggak ngubah dudukan setir, lantai, dan mesin. Yang penting kenyamanan, ibaratnya saya tukang jahit,” sambungnya.
Iwan mengaku tidak mengimpor bahan baku pembuatan mobil modifikasi. Dia mengatakan, semua material murni diambil dari lokal.
Pembuatan satu mobil modifikasi bisa memakan waktu 1 hingga 6 bulan, tergantung tingkat kesulitan dan kesediaan bahan. Harganya pun variatif mulai dari Rp 35 juta sampai Rp 200 juta per mobil.
Setiap memasuki momen HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus, Iwan aktif membuka gebrakan setiap tahunnya. Tahun 2024 ini, dia bersama timnya membuat modifikasi mobil Jeep Willys dalam waktu 24 jam non-stop. Sebagai hadiah untuk bangsa ini, begitulah prinsipnya.
“Mobil yang paling aneh saya buat dua tahun lalu itu jenis Utility asal Amerika Serikat, rodanya ada enam. Sekarang tersebar ke seluruh dunia ada 100 mobil Utility (ori). Awalnya aneh dan nggak familiar tapi jadi banyak yang minat,” ucapnya.
Berjalan kurang lebih tujuh tahun, Iwan telah memenuhi ratusan permintaan modifikasi mobil klasik dari berbagai daerah ujung Pulau Sumatera hingga Papua.
Mantan Menteri Sosial sekaligus Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa pernah memesan mobil modifikasi jenis suttle.
“Sebenarnya permintaan dari luar negeri juga banyak tapi saya nggak berani karena belum ada aturan ekspor mobil modifikasi,” beber ayah dua anak tersebut.
Sementara itu, untuk legalitas pemasaran dan penggunakan mobil modifikasi di Indonesia, Iwan bersandar pada Peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kustomisasi.
“Cuman yang kita masih berjuang itu ke Samsat. Jadi sampai saat ini koordinasi ke departemen yang terlibat,” paparnya.
Dilahirkan dari seorang ayah berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan ibu rumah tangga, usahanya tak selalu berjalan mulus. Iwan telah melalui jungkir balik sejak memulai bisnis modifikasi mobil klasik dari nol.
Dari ratusan mobil klasik yang dia dibuat, Iwan bermimpi bisa memproduksi sebuah kendaraan amfibi yang dapat digunakan di darat dan di air, serta kendaraan yang tahan pada cuaca ekstrem.
“Indonesia ini negara kepulauan. Saya pengin ketika terjadi bencana alam ada kendaraan yang bisa melakukan evakuasi lebih cepat. Di Indonesia belum banyak, kalau ada mungkin yang punya Koramil,” ujarnya.
Baca juga: Kisah Pasutri di Barito Utara Rawat Beruang Madu Selama 3 Tahun, Sering Tolak Tawaran Beli
Iwan pun juga berharap sumber daya manusia (SDM) masyarakat Indonesia dapat tersalurkan dengan baik melalui penciptaan produk-produk lokal yang bisa dikenal di kancah internasional.
“270 juta penduduk Indonesia masa sih nggak bisa bikin produk sendiri, nangis kan. India dan Korea bisa bikin mobil sendiri, sedangkan Indonesia ini negara besar,” tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang