Akhirnya, Agung mulai melakukan intervensi ke warga setempat untuk merubah kebiasaan membuang sampah sembarangan. Ia mengajak ibu-ibu kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kampung itu untuk mengolah sampah supaya tidak terbuang ke sungai.
“Saya ajak mereka untuk mengumpulkan sampah rumah tangga, baik sampah plastik maupun sampah organik, untuk diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat,” tuturnya.
Usaha Agung mengajak warga itu tak langsung berjalan mulus. Muncul pro dan kontra di tengah masyarakat. Namun, Agung mengaku tidak menyurutkan niatnya. Ia terus mengajak ibu-ibu yang sejalan dengan misinya untuk mengolah sampah.
“Akhirnya saya bersama ibu-ibu yang bergabung dengan saya mulai berinovasi mengolah sampah rumah tangga itu. Sampah plastik kami daur ulang dengan metode ecobrick menjadi kursi dan meja, eko paving, serta rumah botol,” terangnya.
Rumah botol adalah sebuah rumah yang dibangun oleh Agung dan kelompoknya di tengah perkampungan Dusun Lenggoksono menggunakan konstruksi dari bahan botol plastik. Rumah tersebut saat ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk membuat kreasi daur ulang plastik menjadi karya, seperti hiasan berbentuk bunga, tas, dan pas foto.
“Sedangkan untuk sampah organik, seperti air sisa cuci beras kami gunakan untuk pupuk organik cair. Sampah sisa sayuran juga kita olah kembali menjadi pupuk organik,” imbuhnya.
Program itu akhirnya mendapat dukungan dari masyarakat. Banyak warga, khususnya kelompok ibu-ibu yang bergabung dengan Agung, turut membantu inovasi pengolahan sampah.
Akhirnya, sampah yang sebelumnya banyak berserakan di bibir pantai, kini berkurang signifikan.
“Sembari itu, saya juga mulai membuat program menanam tanaman hias di rumah masing-masing, minimal 3 jenis tanaman hias,” ujarnya.
Program itu pun berjalan dengan baik. Setiap halaman rumah warga di Dusun Lenggoksono kini dihiasi dengan tanaman hias. Program itu, menurut Agung, selain bertujuan untuk penghijauan, sekaligus untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung ke pantai, agar tertarik untuk menginap di homestay yang tersedia di dusun itu.
“Kami membuat program ini, karena dulunya kampung kami sangat jarang ada tanaman hias di setiap halaman rumah warga. Karena mereka masing-masing berkebun. Sehingga juga jarang ada wisatawan yang menginap di tempat kami, padahal di kampung ini ada beberapa homestay,” terangnya.
Tidak disangka, program yang dikerjakan oleh Agung bersama ibu-ibu PKK itu kembali mendapat penghargaan dari Astra, Agung diberikan amanah untuk menjalankan program Kampung Berseri Astra pada tahun 2021.
“Setelah mendapatkan program Kampung Berseri Astra, kami menambah program kegiatan di kampung kami. Yakni program usaha membuat kue oleh-oleh, yang kami sediakan untuk wisatawan yang berkunjung ke tempat kami. Seperti abon, keripik pisang, dan lain sebagainya,” tutur Agung.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang