Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kades Eko Mulyadi, Bangun 9 Sumur Bor untuk Atasi Kekeringan di Karangpatihan, Ponorogo

Kompas.com, 28 Oktober 2024, 06:23 WIB
Sukoco,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com - Sebanyak 12 RT di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, masih mengalami krisis air bersih di musim kemarau tahun ini.

Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi mengungkapkan, dua RT dari total 34 RT di desanya bergantung pada droping air bersih yang dilakukan oleh BPBD Ponorogo.

“Tahun ini masih ada dua RT yang mengalami krisis air bersih karena lokasi permukiman berada di kawasan lereng perbukitan,” ujar dia.

Desa Karangpatihan dikelilingi oleh deretan bukit, termasuk Gunung Prongos dan Gunung Rajek Wesi, yang membuat akses air menjadi sulit.

Baca juga: Kekeringan Meluas di Sleman, BPBD Salurkan Air Bersih ke Banyurejo

Eko Mulyadi menjelaskan, kondisi ini diperparah dengan praktik penebangan hutan yang terjadi di tahun 1999, hingga menyebabkan hutan di sekitar desa menjadi gundul dan memicu kekeringan setiap tahunnya.

“Saya masih duduk di bangku SMA. Saya ingat betul waktu masyarakat membabat hutan yang ada di gunung, sehingga hutan gundul yang mengakibatkan setiap tahun kekeringan terjadi di 12 RT dari 34 RT yang ada di desa sini,” kata dia.

Demi mengatasi masalah ini, Eko Mulyadi menginisiasi pembangunan sembilan sumur bor sejak tahun 2016, dengan kedalaman antara 90-110 meter.

Berkat inisiatifnya inilah, Eko Mulyadi menerima penghargaan tingkat nasional kategori Proklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2022.

Upaya Eko dihargai karena berpengaruh besar dalam mengatasi krisis air bersih di desanya. 

Pembangunan sumur bor tersebut, menurut Eko, didukung oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan perusahaan.

“Kami membangun sumur bor sejak tahun 2016 untuk mengatasi krisis air setiap musim kemarau."

"Beruntung sejumlah pihak membantu pendanaan untuk pembuatan sumur bor, karena cukup banyak sumur yang harus kami bangun untuk mengatasi krisis air bersih,” kata dia.

Eko mencatat, saat ini jumlah wilayah yang mengalami kekeringan di desanya berkurang dari 12 RT menjadi dua RT.

Kepala Desa Karangpatihan Eko Mulyadi ketika menerima penghargaan tingkat nasional kategori Proklim Utama dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2022 atas upaya mengatasi krisis air bersih di desanya. Selain penghijauan Eko juga melakukan pembangunan 9 sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi di 12 RT.KOMPAS.COM/SUKOCO Kepala Desa Karangpatihan Eko Mulyadi ketika menerima penghargaan tingkat nasional kategori Proklim Utama dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2022 atas upaya mengatasi krisis air bersih di desanya. Selain penghijauan Eko juga melakukan pembangunan 9 sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi di 12 RT.

“Dari sisi pertanian, perekonomian warga yang mayoritas petani terangkat karena bisa tanam tiga kali,” tambah dia.

Berkat upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana kekeringan, Desa Karangpatihan meraih penghargaan tingkat nasional kategori Proklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2022.

Eko optimistis, pada tahun 2025 mendatang, tidak ada lagi wilayah di desanya yang mengalami krisis air bersih.

Baca juga: 21.601 Jiwa Terdampak Kekeringan di Bima

“Tinggal satu sumur lagi yang akan kami bangun untuk mengatasi krisis air bersih di dua RT yang ada saat ini. Optimistis tahun depan krisis air bersih sudah bisa tertangani,” tegas dia.

Sementara itu, data dari BPBD Kabupaten Ponorogo menunjukkan, hingga pertengahan November 2024, terdapat 17 desa yang mengalami krisis air bersih.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetyo mencatat, sebanyak 1.062 kepala keluarga atau 2.733 jiwa terdampak.

“Kami telah melakukan droping air sebanyak 1,2 juta liter untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak warga,” kata dia.

Agung berharap, hujan akan turun di Kabupaten Ponorogo pada akhir bulan Oktober atau awal bulan November mendatang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau