MUA dan seorang ustadz segera melarikan Keisa ke rumah sakit terdekat, RSUD Srengat, dan pada sore harinya dirujuk ke RSKK Kediri.
Kasus ini baru diketahui publik ketika sejumlah wartawan melakukan investigasi ke kompleks Ponpes dan lembaga pendidikan madrasah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Mahmud Bacem.
Inverstigas itu untuk mengumpulkan informasi dan fakta tentang kabar tewasnya seorang santri.
Baca juga: Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku, Lukanya Sedalam 2,7 cm di Kepala
Investigasi lapangan dilakukan pada Kamis (26/9/2024) dan dipublikasikan di sejumlah media online keesokan harinya.
Beberapa jam kemudian, Polres Blitar Kota mengonfirmasi adanya insiden yang menewaskan Keisa yang telah terjadi hampir dua pekan sebelumnya.
Kasi Humas Polres Blitar Kota Iptu Samsul Anwar mengatakan bahwa pihaknya tidak memproses hukum insiden itu dengan dalih masih menunggu laporan polisi dari pihak keluarga korban.
Pada Senin (30/9/2024), Samsul menyampaikan pernyataan bahwa Polres Blitar Kota akan melakukan penyelidikan ulang atas insiden itu setelah menerbitkan laporan polisi model A atau laporan yang dibuat sendiri petugas kepolisian.
Di sisi lain, pada Rabu (2/10/2024), YPI Al Mahmud Bacem menggelar konferensi pers.
Mantan Ketua Yayasan, M Kanzul Fathon yang juga duduk sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Blitar, menyampaikan kronologi kejadian yang secara substansial berbeda dengan versi pihak kepolisian.
Menurut Fathon, insiden itu terjadi saat ustadz MUA sedang membersihkan area asrama Ponpes dan membuang sampah yang tanpa disadari terdapat kayu berpaku.
Pada saat dilemparkan ke arah halaman asrama santri, kata dia, korban Keisa melintas dan terkena kayu berpaku tersebut.
Baca juga: Seorang Santri di Blitar Tewas Usai Dilempar Papan Kayu Berpaku
Pada kesempatan itu, Fathon juga menyatakan dirinya telah mengundurkan diri dari posisi Ketua YPI Al Mahmud Bacem dengan alasan akan berkonsentrasi menjalankan tugas sebagai Kepala Kantor Kemenag Kota Blitar.
Posisi Fathon di YPI Al Mahmud digantikan Imam Mahali yang dikenal sebagai seorang penasehat hukum.
Sementara Mahali menepis anggapan adanya upaya menutup-nutipi insiden tersebut dengan dalih pihak yayasan lebih fokus pada penanganan korban sebelum dan setelah meninggal.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang