Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Kedai STMJ di Surabaya Meninggal Saat Berhaji, Diberangkatkan Perusahaan Travel Pakai Visa Kunjungan

Kompas.com, 24 Juli 2024, 19:20 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemilik kedai STMJ terkenal di Surabaya, Bu Nunuk alias Nunuk Widayanti (53) dilaporkan meninggal saat menjalankan ibadah haji. Pihak keluarga mengungkap bahwa Bu Nunuk berangkat haji dengan visa kunjungan pribadi.

Menantu Bu Nunuk, Siska Ayu sempat mengkhawatirkan keberangkatan haji mertuanya. Sebab, wanita itu menggunakan jasa perusahaan travel yang kantornya di Sidoarjo.

"Sebelum berangkat cerita mau haji pakai travel, rekomendasi teman takmir suami. Masih asing, tanya, aman ta? Karena ikut haji furoda," kata Siska saat ditemui di Kedai STMJ BU Nunuk, Rabu (24/7/2024).

Baca juga: Pemilik Kedai STMJ Surabaya Wafat Saat Haji Furoda, Sempat Terpisah dari Suami dan Hilang

Siska semakin curiga saat Nunuk dan suaminya, Budi Santoso (55) berangkat haji pada Jumat (17/5/2024). Sebab, hanya ada 10 orang dalam rombongan di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo.

"Kecurigaan kita, enggak pakai baju haji seperti umumnya jemaah haji, biasanya di badara pakai, itu enggak pakai. Katanya (karena haji) furoda bukan dari pemerintah," jelasnya.

Baca juga: 60 Jemaah Haji Indonesia Masih Dirawat di Arab Saudi, Belum Bisa Dipulangkan

Selanjutnya, rombongan Nunuk transit terlebih dahulu di Jakarta untuk menjemput jemaah haji lainya. Kemudian, sebanyak 20 orang tiba di Bandara Jeddah, Arab Saudi pada Minggu (19/5/2024).

"Selama di sana sering telepon seperti banyak razia, dikejar-kejar polisi Arab Saudi, karena bukan visa haji tapi kunjungan pribadi. Keluar hotel banyak polisi kalau ketangkap dideportasi," ujarnya.

Siska mengungkapkan, mertuanya tersebut kerap meneleponya sambil menangis selama berada di Arab Saudi. Mertuanya mengaku ketakutan dengan kondisi yang dialaminya ketika itu.

"Ibu telepon nangis, berlangsung hampir setiap hari. Sabtu (15/6/2024), mulai perjalanan armuzna (puncak haji) terpisah lalu ketemu lagi, lihat kondisi mama vc (video call) capek habis perjalananan jauh," ucapnya.

Akhirnya, Nunuk dilaporkan berpisah dengan suaminya ketika melakukan lempar jumrah pada Minggu (16/6/2024). Sebelumya, dia sempat mengalami dehidrasi parah hingga kehilangan kesadaran.

Kemudian, Nunuk dipastikan meninggal dunia oleh kerabatnya yang juga berangkat haji namun beda rombongan pada Jumat (21/6/2024). Di sisi lain, suaminya sudah dalam perjalanan menuju Indonesia.

Sementara itu, anak Nunuk, Rizaldi Santoso mengatakan baru mengetahui perihal visa kunjungan pribadi tersebut saat ibunya hilang. Sebab, kedua orangtuanya selalu menutupi apa pun mengenai travel.

"Waktu di sana (Nunuk) bilang 'le (nak) mama takut'. Mama saya bilang seperti itu (haji furoda) tapi ketika saya tanya visanya (yang dibawa) ternyata visa kunjungan pribadi," kata Rizaldi.

Selain itu, kata Rizaldi, Nunuk juga menceritakan situasi mencekam tersebut kepada budenya. Bahkan, wanita itu sempat meminta untuk segera dijemput karena ketakutan.

"Mama saya waktu itu ngabari bude saya, bude cerita semua ke saya kalau mama takut, minta dijemput. Katanya 'Berapa pun (biaya), ayo tolong aku' pokoknya mama minta kembali," jelasnya.

"Kami tahu mama dikejar-kejar polisi, didobrak sampai ketangkap polisi, nangis-nangis, ayah pakai baju cewek pakai cadar untuk mengelabui petugas. Ya baru tahu ceritanya itu," tambahnya.

Oleh karena itu, Rizaldi meminta agar pihak travel menjelaskan secara terbuka terkait proses ibada haji orangtuanya itu. Sebab, dia merasa ada kejanggalan selama keberangkatan.

Diberitakan sebelumnya, pemilik kedai STMJ terkenal, Bu Nunuk meninggal dunia saat ibadah haji di Tanah Suci. Wanita itu sempat dilaporkan hilang beberapa hari sebelum ditemukan di rumah sakit.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau