Salah seorang siswa, Sambara, mengatakan, kegiatan tersebut cukup seru karena menjawab penasarannya tentang tujuan akhir truk sampah yang biasa dilihatnya di jalanan.
Namun dia tidak menyangka sampah bisa mencapai setinggi gunung.
“Sampahnya banyak sekali dan bau, banyak belatung. Itu kalau gunungnya longsor bagaimana.” ujar siswa kelas tiga SD itu.
Masalah sampah di Kota Kediri selama ini memang cukup mengkhawatirkan. Jumlah sampah yang masuk ke TPA Klotok setiap harinya mencapai kisaran 140 ton.
Jumlah itu dengan komposisi rata-rata 52 persen sampah organik, 26 persen plastik, 11 persen kertas dan sisanya bentuk lainnya seperti logam, kain, hingga kaca.
Baca juga: Ramai Gunungan Sampah di Terminal Purabaya, DLHK Sidoarjo Berencana Ambil Alih Pengelolaan
Padahal luasan TPA tersebut hanya sekitar 5 hektare saja.
Tahun lalu, Pemerintah Kota Kediri akhirnya mulai memberlakukan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai untuk mengurangi dampaknya bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Pembatasan itu terutama pada penggunaan kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik alat minum, serta styrofoam tempat makanan.
Pembatasan itu diejawantahkan melalui Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 30 Tahun 2023 Tentang Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Kediri Apip Permana mengatakan, pembatasan itu sebagai upaya terpadu mengubah sikap dan perilaku masyarakat mengurangi produksi sampah plastik di Kota Kediri.
Selain itu, untuk melindungi daerah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan dari dampak sampah plastik yang susah terurai oleh proses alam.
"Serta untuk membangun partisipasi masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup," ujar Apip Permana waktu itu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang