Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Panen Singkong dan Pergi Berburu, Pria di Probolinggo Tewas Tertembak Senapan Angin di Dahi

Kompas.com, 5 Juli 2024, 14:53 WIB
Ahmad Faisol,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pria bernama Yusup (23), meninggal dunia akibat tertembak senapan angin secara tidak sengaja oleh rekannya sendiri berinisial RS di hutan Desa Betek, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, Kamis (4/7/2024).

Kepala Seksi Humas Polres Probolinggo, Iptu Merdhani Pravita Shanty membenarkan adanya kejadian tersebut.

"Benar. Yusuf meninggal usai tertembak senapan angin temannya," jelas Pravita, Jumat (5/7/2024).

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah mendapat laporan kejadian tersebut.

Baca juga: Pria di Bali Tembak Pengendara Motor dengan Senapan Angin karena Cemburu

Vita, sapaannya, menambahkan, sebelum kejadian, sekitar pukul 10.00 WIB pelapor yang merupakan orang tua korban mengajak Yusuf memanen singkong di ladang.

Namun, Yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih berburu dengan temannya.

“Sekitar pukul 15.00 WIB, orang tua korban diberi tahu warga bahwa Yusuf dibawa ke Puskesmas Condong,” jelas Vita.

Di tengah perjalanan, orang tua Yusuf mendapat informasi anaknya telah dibawa ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan.

Mendengar informasi tersebut, orang tua korban pun langsung ke RSUD.

Ia pun bergegas ke rumah sakit dan tiba pada pukul 17.30 WIB. Ia mendapatkan informasi dari istrinya bahwa Yusuf terkena tembak oleh RS.

Tidak lama kemudian, RS bersama I dan A (inisial) datang dan menjelaskan bahwa kejadian tersebut merupakan kecelakaan.

Mereka mengaku Yusuf terkena tembakan senapan angin milik RS saat berburu hewan di hutan Desa Betek Krucil, Kabupaten Probolinggo.

Baca juga: Tak Diizinkan Mancing, Pelajar SMP di Kalbar Nekat Bunuh Diri dengan Senapan Angin

Setelah mendengar keterangan tersebut, pelapor melihat kondisi Yusuf yang telah meninggal dunia dengan luka tembak di bagian dahi.

Orang tua korban pun melaporkan kejadian itu ke polisi.

Di TKP, polisi mengamankan barang bukti, dan memeriksa saksi-saksi serta melakukan serangkaian tindakan penyelidikan lainnya.

Petugas mendatangi rumah RS pada pukul 22.00 WIB pada hari yang sama. Setelah dilakukan wawancara dan konfrontasi dengan bukti yang ada, RS mengakui bahwa dirinya yang menyebabkan meninggalnya Yusuf karena kelalaiannya.

Dalam keterangannya, RS menjelaskan bahwa pada hari itu, sekitar pukul 12.30 WIB, ia bersama dengan temannya A, Z, R, AH, dan Yusuf pergi berburu di hutan Desa Betek.

”Mereka dibagi menjadi dua kelompok. RS, Z dan Yusuf berada dalam satu kelompok. RS berperan sebagai penembak, sementara Z dan Yusuf bertugas sebagai pengusir dan pengambil hewan buruan,” jelas Vita.

Saat berburu, kondisi medan yang penuh semak-semak tinggi membuat jarak pandang menjadi kurang jelas.

Ketika RS hendak menembak sasarannya yang berjarak sekitar 20 meter, terdengar suara teriakan "aduh".

Z segera berlari ke arah Yusuf dan menemukan Yusuf sudah berdarah di bagian dahi.

Baca juga: Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

RS mengakui bahwa ia secara tidak sengaja menembak Yusuf.

Setelah kejadian tersebut, mereka segera membawa Yusuf ke Puskesmas Condong, namun karena kondisi Yusuf yang kritis, ia kemudian dirujuk ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan.

Sayangnya, Yusuf dinyatakan meninggal dunia saat tiba di RSUD.

"Hingga kini proses penyidikan masih berlangsung. Informasi terbaru nanti akan disampaikan," pungkas Vita.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau