MALANG, KOMPAS.com - Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan alat PostureCare untuk terapi kelainan tulang belakang atau kifosis postural pada anak-anak.
Mereka di antaranya yakni Mochamad Saiful Anwar dari Ilmu Keperawatan, Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya dari Teknik Elektro.
Ketua tim, Farid mengatakan, alat inovatif itu menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak.
Baca juga: Satu Jemaah Haji Asal Kabupaten Malang Meninggal akibat Gagal Jantung
PostureCare bertujuan untuk mendiagnosa medis posisi bungkuk pada tulang belakang.
Alat ini dilengkapi dengan sensor pendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang dan terapi kompres panas pereda nyeri. Kemudian, ditopang menggunakan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh.
Baca juga: BNN Kota Malang Tangani 15 Pengguna Narkotika Sepanjang 2024, Ada yang Berstatus Pelajar
Alat ini bisa digunakan pada anak-anak usia 7-11 tahun yang mengalami kifosis.
"Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca-terapi," kata Farid, Kamis (27/6/2024).
Farid menyampaikan, alat tersebut juga dilengkapi mikrokontroler ESP32 untuk memproses data sensor dan menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini akan memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah.
Isal menambahkan, dua polymade heater yang ada di alat tersebut akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah yang terkena melalui proses thermotherapy.
Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. Sehingga, hal ini memungkinkan orangtua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung.
Alat tersebut menerapkan pendekatan chronic care model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi.
"Ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang," katanya.
Alat ini juga pernah diterapkan oleh salah satu anggota tim dari Ilmu Keperawatan ketika proses pendampingan pasien di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Dalam pelaksanaannya, pasien diberikan panduan dan buku harian my bone untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan anak.
"Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian. Setiap 3 hari, tim akan berkunjung ke rumah dan memberikan terapi bermain sekaligus penghargaan dalam bentuk Bintang yang lebih besar," jelasnya.
Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.
Lebih lanjut, Farid menyampaikan, pihaknya juga sedang proses mengajukan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sebanyak lima, yaitu tiga buah modul untuk keluarga, pasien, serta tenaga kesehatan, satu manual book, dan dua program komputer berupa WhatsApp bot care serta aplikasi.
"Semoga paten yang kami ajukan sebanyak tiga draf juga disetujui dalam waktu dekat ini," katanya.
Pengembangan alat PostureCare ini juga telah direkomendasikan dan dikonsultasikan oleh para ahli sebanyak 12 praktisi. Di antaranya seperti dokter spesialis bedah syaraf, dokter spesialis rehabilitasi medis, spesialis orthopedi anak dan lainnya. Dukungan dari para ahli ini guna memperkuat kredibilitas dan efektivitas alat ini.
Dia berharap, dengan alat PostureCare diharapkan anak-anak baik dengan kifosis maupun tidak dapat memperoleh tindakan pencegahan sekaligus penanganan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan.
"Inovasi ini menjadi jawaban terhadap tantangan kesehatan yang muncul akibat perubahan gaya hidup selama pandemi, membawa terobosan dalam terapi dan pemantauan kelainan tulang belakang khususnya pada Kifosis," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.