KEDIRI, KOMPAS.com - Sejumlah petugas pengawas hingga petugas penyelenggara Pemilu 2024 di Kota Kediri, Jawa Timur, tumbang akibat kelelahan saat menjalankan tugas pada 14 Pebruari lalu. Bahkan salah satunya meninggal dunia.
Di bagian penyelenggara pemilu, dari total 5.992 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, tujuh petugas di antaranya sakit. Penyebabnya beragam, salah satunya karena asam lambung.
Kondisi mereka ada yang cukup mendapatkan penanganan dari petugas puskesmas, namun ada juga yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
“Ada 7 orang petugas yang sakit. Dua petugas sempat opname,” ujar Komisioner Bidang Sumberdaya Manusia Komisi Pemilihan Umum Kota Kediri Wahyudi, Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Tekan Angka Golput, TPS di Kediri Sediakan Photo Booth 360 hingga Sarapan Gratis
Wahyudi mengatakan, langkah-langkah antisipasi perihal kondisi kesehatan itu sebelumnya sudah dilakukan, yakni saat rekrutmen petugas.
Selain itu, pihak KPU juga sudah bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat yang menyiagakan petugas kesehatannya saat pencoblosan berlangsung. Itu dengan harapan penanganan di lapangan bisa lebih cepat.
Wahyudi menambahkan, ada pun perihal biaya pengobatan bagi petugas yang sakit itu sudah ditanggung dengan BPJS Kesehatan. Bagi yang belum terdaftar, ditangani langsung oleh Pemerintah Kota Kediri
“Kalau ada yang nggak punya BPJS, ditangani langsung oleh Pemkot Kediri,” pungkas Wahyudi.
Ada pun di pihak pengawas pemilu, terdapat seorang petugas yang meninggal dunia. Ia adalah Hery Krishmanto (45), seorang Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan Pakelan. Dia meninggal dunia pada Jumat (16/2/2024) malam akibat kelelahan.
Jenazah almarhum kemudian dimakamkan di pemakaman umum kawasan Masjid Setono Gedong Kota Kediri pada hari yang sama.
Hery yang merupakan warga Kelurahan Ringinanom, Kecamatan Kediri Kota, itu sebelumnya sempat menjalani rawat inap di RS Bhayangkara.
Itu dilakukan setelah dia dievakuasi petugas dari TPS karena mengeluhkan badannya yang lemas hingga kemudian tak sadarkan diri.
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Kediri Yudi Agung Nugraha menyampaikan rasa dukanya atas kepergian almarhum.
“Kami menyampaikan turut berduka cita,” ujar Yudi dalam sambungan telepon kepada Kompas.com, Sabtu (17/2/2024).
Pihaknya mengaku tengah berkoordinasi dengan Bawaslu provinsi maupun nasional terkait bantuan kerahiman atau santunan untuk keluarga almarhum
“Untuk santunan lagi proses. Karena pekerjaan beliau sakit, kelelahan. Sehingga kita ajukan ke provinsi untuk dapat santunan dari Bawaslu RI,” ungkap Yudi.
Adapun perihal hak-hak lainnya sebagai pekerja, ternyata almarhum tidak mendapat jaminan sosial tenaga kerja. Almarhum hanya tercatat kepesertaan di BPJS Kesehatan.
Perihal itu, menurut Yudi, ketiadaan Jamsostek itu sudah tergantikan dengan santunan yang akan diperoleh dari Bawaslu nanti.
“Jamsostek tidak ada. Kalau pengawas pemilu sudah ada santunan, pengganti Jamsostek dari Bawaslu,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, para petugas penyelenggara maupun pengawas harus bekerja ekstra keras dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar pemilu bisa berjalan lancar.
Tak jarang mereka bekerja sampai larut malam bahkan hingga pagi untuk menyelesaikan tugasnya itu.
Baca juga: Sehari Jelang Pemilu, Bupati Kediri Gelar Khataman Al Quran dan Doa Bersama
Tajwa Zakkia, seorang petugas KPPS di Kelurahan Jamsaren mengatakan, dirinya saat pencoblosan tanggal 14 Februari itu bertugas mulai pukul 07:00 WIB dan baru pulang ke rumah sekitar jam 07.00 WIB keesokan harinya.
“Jadi capeknya luar biasa. Dan rata-rata semua merasakannya,” ungkap perempuan yang akrab disapa Tajwa ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.