Salin Artikel

Kelelahan, 1 Petugas Panwas di Kediri Meninggal dan 4 Anggota KPPS Tumbang

Di bagian penyelenggara pemilu, dari total 5.992 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, tujuh petugas di antaranya sakit. Penyebabnya beragam, salah satunya karena asam lambung.

Kondisi mereka ada yang cukup mendapatkan penanganan dari petugas puskesmas, namun ada juga yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

“Ada 7 orang petugas yang sakit. Dua petugas sempat opname,” ujar Komisioner Bidang Sumberdaya Manusia Komisi Pemilihan Umum Kota Kediri Wahyudi, Selasa (20/2/2024).

Wahyudi mengatakan, langkah-langkah antisipasi perihal kondisi kesehatan itu sebelumnya sudah dilakukan, yakni saat rekrutmen petugas.

Selain itu, pihak KPU juga sudah bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat yang menyiagakan petugas kesehatannya saat pencoblosan berlangsung. Itu dengan harapan penanganan di lapangan bisa lebih cepat.

Wahyudi menambahkan, ada pun perihal biaya pengobatan bagi petugas yang sakit itu sudah ditanggung dengan BPJS Kesehatan. Bagi yang belum terdaftar, ditangani langsung oleh Pemerintah Kota Kediri

“Kalau ada yang nggak punya BPJS, ditangani langsung oleh Pemkot Kediri,” pungkas Wahyudi.

Ada pun di pihak pengawas pemilu, terdapat seorang petugas yang meninggal dunia. Ia adalah Hery Krishmanto (45), seorang Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan Pakelan. Dia meninggal dunia pada Jumat (16/2/2024) malam akibat kelelahan.

Jenazah almarhum kemudian dimakamkan di pemakaman umum kawasan Masjid Setono Gedong Kota Kediri pada hari yang sama.

Hery yang merupakan warga Kelurahan Ringinanom, Kecamatan Kediri Kota, itu sebelumnya sempat menjalani rawat inap di RS Bhayangkara.

Itu dilakukan setelah dia dievakuasi petugas dari TPS karena mengeluhkan badannya yang lemas hingga kemudian tak sadarkan diri.

Jaminan sosial

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Kediri Yudi Agung Nugraha menyampaikan rasa dukanya atas kepergian almarhum.

“Kami menyampaikan turut berduka cita,” ujar Yudi dalam sambungan telepon kepada Kompas.com, Sabtu (17/2/2024).

Pihaknya mengaku tengah berkoordinasi dengan Bawaslu provinsi maupun nasional terkait bantuan kerahiman atau santunan untuk keluarga almarhum

“Untuk santunan lagi proses. Karena pekerjaan beliau sakit, kelelahan. Sehingga kita ajukan ke provinsi untuk dapat santunan dari Bawaslu RI,” ungkap Yudi.

Adapun perihal hak-hak lainnya sebagai pekerja, ternyata almarhum tidak mendapat jaminan sosial tenaga kerja. Almarhum hanya tercatat kepesertaan di BPJS Kesehatan.

Perihal itu, menurut Yudi, ketiadaan Jamsostek itu sudah tergantikan dengan santunan yang akan diperoleh dari Bawaslu nanti.

“Jamsostek tidak ada. Kalau pengawas pemilu sudah ada santunan, pengganti Jamsostek dari Bawaslu,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, para petugas penyelenggara maupun pengawas harus bekerja ekstra keras dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar pemilu bisa berjalan lancar.

Tak jarang mereka bekerja sampai larut malam bahkan hingga pagi untuk menyelesaikan tugasnya itu.

Tajwa Zakkia, seorang petugas KPPS di Kelurahan Jamsaren mengatakan, dirinya saat pencoblosan tanggal 14 Februari itu bertugas mulai pukul 07:00 WIB dan baru pulang ke rumah sekitar jam 07.00 WIB keesokan harinya.

“Jadi capeknya luar biasa. Dan rata-rata semua merasakannya,” ungkap perempuan yang akrab disapa Tajwa ini.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/20/094247378/kelelahan-1-petugas-panwas-di-kediri-meninggal-dan-4-anggota-kpps-tumbang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com