“Bu Risma kemarin datang untuk menyampaikan bantuan apa saja yang telah dan akan diterima Bu Sasmiati,” tutur Mujiadi.
Baca juga: Keluarga Miskin di Polewali Mandar Ini Tidur Serumah dengan Ayamnya
Mujiadi menyebut sejumlah bantuan yang telah diterima Sasmiati meliputi bantuan dua ekor kambing dari Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso Surakarta, bantuan makan siap saji dari Dinas Sosial Kabupaten Blitar.
Ada pula bantuan perbaikan rumah Rp 20 juta dari Dinas Perkim dan sejumlah donasi dari masyarakat luas.
“Dari Kemensos, dengan pertimbangan mereka sebagai penyandang disabilitas, maka bantuan diberikan dalam bentuk makanan siap saji, bukan uang atau pun bahan makanan sembako,” ujarnya.
Bantuan makan yang berasal dari Dinas Sosial Kabupaten Blitar sebagai paket bantuan untuk penyandang disabilitas itu, lanjutnya, berupa makanan senilai Rp 15.000 per orang dan diberikan sebanyak 2 kali dalam sehari.
“Untuk perbaikan rumah, kemarin rumah sudah dibongkar total. Hari ini akan dimulai penggalian pondasi,” tambahnya.
Salah satu tokoh Desa Pagerwojo, Dwi Hariadi, menduga adanya kelalaian Pemerintah Desa dan petugas lapangan dalam pendataan keluarga miskin agar masuk ke DTKS dan menerima bantuan sosial pemerintah.
Baca juga: Ada Sekolah Belum Terisi Penuh PPDB Jateng, Ganjar Buka Ruang untuk Keluarga Miskin
“Ketika Bu Sasmiati mulai tidak menerima bantuan sosial PKH, seharusnya pemerintah desa tidak butuh waku lama untuk mengetahui itu. Sementara semua warga juga tahu apa kesulitan yang dihadapi keluarga itu,” ujarnya, Selasa.
Selama tidak mendapatkan bantuan sosial, kata dia, keluarga Sasmiati hidup dari belas kasihan masyarakat termasuk tetangga sekitar selain dari upah yang diterima Sasmiati dan Guruh, anak sulungnya, dari kerja buruh serabutan.
Sementara setiap hari, kata Dwi, Sasmiati rutin berjalan kaki mengantarkan dua anak perempuan kembarnya, Dewi dan Elawati, ke Sekolah Menengah Atas Luar Biasa di Kesamben yang berjarak sekitar 5 kilometer.
Pantauan Kompas.com pada awal Oktober, rumah Sasmiati berukuran sedang dengan dinding batu bata yang sudah mulai retak di beberapa bagian.
Selain itu, separoh dari teras rumah ambruk karena konstruksi atap kayu yang sudah lapuk. Sejumlah titik atap rumah juga sudah rontok.
Rumah itu berdiri di satu pekarangan milik keluarga besar Sasmiati yang cukup luas namun tidak terurus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.