Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Replika Jaran Kencak dan Penari Topeng Kaliwungu dari 25.000 Tahu

Kompas.com, 11 September 2023, 06:15 WIB
Miftahul Huda,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Terik matahari tidak menyurutkan semangat ribuan orang untuk berkumpul di Lapangan Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (10/9/2023).

Mereka telah menanti sejak pagi di sekitar lapangan untuk merayakan festival banjir tahu.

Baca juga: Pekerja Pabrik Kayu di Lumajang Tewas Diduga Tergencet Mesin Produksi, Disnaker Investigasi

Warga di desa tersebut membuat replika jaran kencak dan penari topeng Kaliwungu dari 25.000 tahu.

Untuk diketahui, Jaran Kencak dan Tari Topeng Kaliwungu merupakan warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Kabupaten Lumajang.

Gunungan tahu tersebut memiliki tinggi sekitar 6 meter, dan memiliki lebar nampan 3 meter dengan panjang 4 meter.

Baca juga: Sidang Perdana Praperadilan Dugaan Korupsi Bibit Pisang di Lumajang, Kejaksaan Absen

Untuk membuat replika Jaran Kencak dan Penari Topeng Kaliwungu, dibutuhkan 25.000 kotak tahu goreng dengan berat mencapai 2,1 ton.

Tahu raksasa dan ratusan tumpeng tahu  berukuran lebih kecil ini kemudian diarak keliling Desa Kunir Kidul dengan jarak tempuh lebih dari 4 kilometer sebelum akhirnya berkumpul di lapangan desa.

Saking beratnya, tahu raksasa ini harus diangkat oleh 50 orang laki-laki dewasa dengan kompak.

Setiap 10 langkah, pembawa gunungan tahu ini harus berhenti sejenak untuk mengambil napas sejenak.

Baca juga: Kebakaran Gunung Bromo, Jalur Malang-Lumajang via Ranu Pani Ditututup

Tidak heran, proses arak-arakan gunungan tahu raksasa ini memakan waktu lebih dari 6 jam sampai ke tempat tujuan.

"Berat, tapi seru karena kompak, 10 langkah berhenti, kalau gak gitu gak kuat. Sulitnya banyak kabel jadi harus ada yang angkat kabel biar gak kena tahunya," kata Soni salah seorang pembawa gunungan tahu raksasa.

Kepala Desa Kunir Kidul, Drajat Ali Fatoni mengatakan, untuk membuat replika jaran kencak dan penari topeng kaliwungu ini dibutuhkan waktu 10 hari.

Sedangkan, 25.000 tahu yang dipasang digoreng dalam waktu sehari semalam sebelum acara arak-arakan dimulai.

Tujuannya, agar tahu-tahu ini bisa dikonsumsi warga dan sebagian bisa diolah lagi untuk lauk di rumahnya.

"Total 10 hari buatnya, kalau tahunya ibu-ibu goreng itu sampai 24 jam gantian," jelasnya.

Baca juga: Sidang Perdana Praperadilan Dugaan Korupsi Bibit Pisang di Lumajang, Kejaksaan Absen

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyebutkan, festival banjir tahu kali ini merupakan yang paling meriah selama 5 tahun ia menjabat sebagai bupati.

Ia juga menetapkan festival banjir tahu di Desa Kunir Kidul sebagai agenda tahunan Kabupaten Lumajang dan akan ditingkatkan menjadi agenda Provinsi Jawa Timur.

"Ini tahun ke-5 dan ini meriah sekali, karena kita selama 4 kali gelaran terus evaluasi. Sekarang ini telah jadi agenda tahunan Pemkab. Kami berharap bisa jadi agenda Provinsi bahkan nasional," tutupnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau