Menurut Mundjidah, Seni budaya warisan leluhur nusantara menjadi kekayaan tak ternilai karena menjadi pilar penting dalam membangun karakter bangsa.
“Budaya daerah, budaya tradisional harus kita lestarikan. Jangan sampai generasi muda kita melupakan seni budaya kita,” ujar dia.
Dalam karnaval budaya Jombang, beberapa tradisi yang biasa dilaksanakan umat dari agama Islam, Kristen, Hindu, maupun komunitas Tionghoa, juga turut ditampilkan.
Tradisi yang ditampilkan tersebut, diketahui telah berkembang sejak puluhan tahun.
Di Kabupaten Jombang, tradisi unduh-unduh rutin digelar setiap tahun oleh umat Kristiani di Mojowarno, kemudian tradisi ogoh-ogoh rutin digelar umat Hindu di Wonosalam.
Adapun tradisi Pecinan, tumbuh dan terus berkembang dari wilayah Gudo, sedangkan Gambus Misri merupakan kesenian berbasis Islam yang berkembangan di lingkungan pesantren.
Menurut Mundjidah, penampilan tradisi-tradisi agama menunjukkan adanya keragaman agama dan keyakinan yang dianut warga Kabupaten Jombang sejak lama.
Baca juga: Kasus Perempuan Korban Mutilasi di Jombang, Polisi Ungkap Organ Dalam Juga Hilang
Meski demikian, ujar dia, kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Jombang tak pernah terganggu terbukti dengan tetap berkembangnya tradisi dari penganut agama masing-masing.
“Alhamdulillah, meskipun berbeda agama, kerukunan kita tetap terjaga. Toleransi kita tidak pernah luntur dan mudah-mudahan itu terus terjaga,” kata Mundjidah.
Sementara itu, Karnaval Budaya Jombang yang diikuti 16 kelompok peserta berlangsung hingga Sabtu tengah malam.
Pantauan Kompas.com, ribuan pengunjung karnaval tampak tetap tak beranjak dari tempatnya hingga acara selesai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.