Salin Artikel

Keindahan Warisan Budaya dan Keberagaman dalam Karnaval Budaya Jombang

Seni budaya yang ditampilkan, antara lain Wayang Topeng Jatiduwur yang mempopulerkan cerita Panji pada masa Kerajaan Majapahit, Cerita Dewi Kilisuci pada masa Airlangga dari Kerajaan Medang, hingga legenda Kebo Kicak yang dipercaya sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Jombang.

Untuk diketahui, Wayang Topeng Jatiduwur yang berkembang di Desa Jatiduwur, Kabupaten Jombang, telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kesenian tradisional itu diyakini tumbuh dan berkembang sejak abad ke-19 masehi dan turut dalam mempopulerkan cerita Panji.

Dalam karnaval budaya Jombang, ditampilkan juga tradisi-tradisi dari beberapa agama yang menggambarkan kuatnya budaya toleransi di Kabupaten Jombang sejak dulu.

Tradisi-tradisi tersebut, yakni tradisi unduh-unduh dari umat Kristiani, tradisi ogoh-ogoh oleh umat Hindu, Gambus Misri dari Umat Islam, serta Pecinan dari kelompok Tionghoa.

Pantauan Kompas.com, ribuan warga telah memadati alun-alun Jombang, serta jalan-jalan di jantung kota yang menjadi rute karnaval budaya, sejak Sabtu petang, meski rangkaian acara karnaval budaya baru dimulai pada pukul 20.00 WIB.

Dalam karnaval budaya Jombang yang diikuti 16 kelompok peserta, masyarakat tidak hanya disuguhi dengan penampilan-penampilan indah peserta karnaval saat melintas di sepanjang rute pawai.

Masyarakat pengunjung atau penonton, juga disuguhi dengan pagelaran singkat oleh setiap kelompok peserta yang mengusung cerita-cerita rakyat, tradisi, ataupun cerita sarat sejarah lainnya, merujuk pada sejarah dan peradaban kerajaan nusantara.

Proses karnaval diawali dengan pagelaran yang dilakukan oleh setiap kelompok peserta sesuai tema yang diusung. Pagelaran dilakukan di panggung utama yang ada di alun-alun Jombang.

Setelah melaksanakan pagelaran singkat, kelompok peserta karnaval meninggalkan panggung utama untuk berpawai di sepanjang rute karnaval budaya.

Karnaval Budaya Jombang atau JCC, jelas dia, digelar dengan tujuan untuk menggelorakan semangat masyarakat dalam melestarikan seni budaya warisan leluhur nusantara.

“Oleh karenanya kita mengangkat tema melestarikan budaya, terutama seni budaya yang berkembang di Jombang,” kata Mundjidah, Sabtu malam.

Menurut Mundjidah, Seni budaya warisan leluhur nusantara menjadi kekayaan tak ternilai karena menjadi pilar penting dalam membangun karakter bangsa.

“Budaya daerah, budaya tradisional harus kita lestarikan. Jangan sampai generasi muda kita melupakan seni budaya kita,” ujar dia.

Tradisi yang ditampilkan tersebut, diketahui telah berkembang sejak puluhan tahun.

Di Kabupaten Jombang, tradisi unduh-unduh rutin digelar setiap tahun oleh umat Kristiani di Mojowarno, kemudian tradisi ogoh-ogoh rutin digelar umat Hindu di Wonosalam.

Adapun tradisi Pecinan, tumbuh dan terus berkembang dari wilayah Gudo, sedangkan Gambus Misri merupakan kesenian berbasis Islam yang berkembangan di lingkungan pesantren.

Menurut Mundjidah, penampilan tradisi-tradisi agama menunjukkan adanya keragaman agama dan keyakinan yang dianut warga Kabupaten Jombang sejak lama.

Meski demikian, ujar dia, kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Jombang tak pernah terganggu terbukti dengan tetap berkembangnya tradisi dari penganut agama masing-masing.

“Alhamdulillah, meskipun berbeda agama, kerukunan kita tetap terjaga. Toleransi kita tidak pernah luntur dan mudah-mudahan itu terus terjaga,” kata Mundjidah.

Sementara itu, Karnaval Budaya Jombang yang diikuti 16 kelompok peserta berlangsung hingga Sabtu tengah malam.

Pantauan Kompas.com, ribuan pengunjung karnaval tampak tetap tak beranjak dari tempatnya hingga acara selesai. 

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/04/102401678/keindahan-warisan-budaya-dan-keberagaman-dalam-karnaval-budaya-jombang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke