Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Darurat Mengerikan dan Kesempatan Kedua

Kompas.com, 13 Juli 2023, 06:26 WIB
Miftahul Huda,
Krisiandi

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Bencana banjir lahar Gunung Semeru pada Jumat (7/7/2023) menyebabkan, tiga jembatan utama dan dua jembatan limpas di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, rusak parah.

Di antaranya, Jembatan Kali Glidik II di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jembatan Kloposawit dan Jembatan Gantung Kali Regoyo.

Selain itu, ribuan jiwa harus mengungsi dan enam ternak warga hilang. Walau cukup mengagetkan warga, bencana ini tidak sampai memakan korban jiwa.

Sejumlah masyarakat sempat kaget dengan bencana hidrometerologi yang menerjang tempat mereka tinggal dan beraktivitas.

Namun sebagian dari mereka memilih untuk memutar otak agar aktivitas tetap berjalan. Di sisi lain, ada warga yang enggan direlokasi meski tempat tinggalnya terdampak banjir. 

Seberangi Jembatan Darurat

Masyarakat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, misalnya, yang membangun jembatan darurat dari batang kayu. 

Warga mendirikan jembatan tersebut setelah jembatan Kali Glidik II yang menghubungkan Lumajang dan Malang hanyut karena diterjang banjir. Itu menyebabkan mobilitas warga menuju Malang terhenti. 

Baca juga: Cerita Warga, Takut Lintasi Jembatan Darurat dari Batang Pohon Pasca-banjir Lahar Semeru

Warga membangun jembatan darurat dari batang kayu yang dibentangkan di atas aliran Sungai Glidik.

Namun, melintas di atas jembatan darurat yang hanya berjarak kurang dari satu meter dari aliran sungai itu ternyata cukup memicu adrenalin.

Sebab, selain jalannya yang sempit dan licin, arus air dibawah jembatan tampak cukup deras.

Khoiron, salah seorang warga Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang, yang melintas di jembatan darurat mengaku, cukup takut sebelum melintas.

Warga melintas di jembatan darurat menghubungkan Lumajang MalangDok. Pribadi Warga melintas di jembatan darurat menghubungkan Lumajang Malang
Ia terpaksa melintas di jembatan darurat untuk menemui keluarganya yang tinggal di Kecamatan Pronojiwo dan memastikan kondisinya baik-baik saja pasca terjadi banjir lahar hujan Gunung Semeru.

"Ini kali pertama, ya ngeri juga rasanya, takut jatuh, tadi habis nengok keluarga di Pronojiwo ini mau balik, jalannya ya cuma ini gak ada lagi," kata Khoiron.

Wulan, pengendara lainnya yang berasal dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo,  juga merasakan ketakutan yang sama seperti Khoiron.

Namun, menurut Wulan yang paling membuatnya takut adalah saat menuruni jalan curam dan licin.

Baca juga: UPDATE Banjir di Pronojiwo Lumajang, Warga Bisa Menuju Malang via Jembatan Darurat

"Takutnya pas turun itu, kan ini pasir dipadatkan, banyak batu-batu juga licin, takutnya jatuh," jelasnya.

Wulan, setiap harinya bekerja sebagai penjaga toko telepon seluler di Kecamatan Ampel Gading. Mau tidak mau harus melintas jalan tersebut.

Pasalnya, tidak ada jalan lain yang bisa digunakan untuk sampai ke tempatnya bekerja.

Akses lain yang bisa digunakan adalah jalan alternatif via Kecamatan Tempursari. Namun, jaraknya cukup jauh dan harus memakan waktu lebih dari tiga jam.

"Ada jalan lain tembus Pujiarjo, tapi jauh, paling 3 jam baru sampai," jelasnya.

Diperbaiki 4 bulan


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, Jembatan Kali Glidik II akan dibengun kembali.

"Kami akan membangun kembali Jembatan Glidik II yang jalan nasional tadi yang saya gambar-gambar, kemarin saya dari sana sudah saya cek dan ini akan kita bangun jembatan permanen," kata Basuki saat meninjau kerusakan jembatan.

Basuki menjelaskan, awalnya, jembatan yang hilang dibawa arus banjir itu akan diganti dengan jembatan bailey. Namun, menurut dia, hal ini malah akan memperlama proses pembangunan ulang jembatan.

Baca juga: Pembangunan Ulang Jembatan Kali Glidik Ditargetkan Selesai dalam 4 Bulan

Nantinya, tinggi Jembatan Glidik II yang akan dibangun ulang akan ditinggikan 3,5 meter dari sebelumnya untuk mengantisipasi apabila banjir lahar kembali terjadi dengan intensitas yang besar.

Saat ini, rangka jembatan sudah dikirimkan ke Lumajang dan Malang. Sebab, nantinya pembangunan jembatan ini akan dilakukan langsung dari dua sisi.

Basuki menargetkan pembangunan jembatan ini akan selesai dalam waktu empat bulan.

Baca juga: Menteri Basuki Ungkap Penyebab Jembatan Kali Glidik Lumajang-Malang Hanyut Diterjang Banjir Lahar

Menurut Basuki, fondasi jembatan Kali Glidik ternyata tidak sampai menembus bebatuan yang ada di dasar sungai karena terdapat endapan lava.

Sehingga, saat diterjang banjir lahar dengan debit air yang besar dan membawa material vulkanik, jembatannya hancur.

"Ternyata ada endapan lavanya jadi pondasinya enggak bisa tembus. Kemarin kenapa hanyut mungkin karena pondasinya tidak tembus ke batu tapi nangkring di batu," kata Basuki

Enggan Direlokasi

Warga Duaun Sumberkajar mengungsi di Balai Desa JaritKOMPAS.com/Miftahul Huda Warga Duaun Sumberkajar mengungsi di Balai Desa Jarit
Sementara itu, warga Dusun Sumberkajar, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menolak untuk direlokasi meski rumahnya terdampak banjir lahar hujan Gunung Semeru.

Alasannya beragam, mulai dari pekerjaan hingga terlanjur nyaman di tempat yang telah lama mereka tinggali.

Sofina, pengungsi asal Dusun Sumberkajar mengaku enggan jika pemerintah memutuskan untuk merelokasi warga ke Bumi Semeru Damai di Desa Sumbermujur.

"Ya kalau bisa jangan direlokasi, sudah enak disini (Sumberkajar)," kata Sofina di posko pengungsian Balai Desa Jarit, Minggu (9/7/2023).

Sofina berdalih, jika dipindahkan ke kompleks relokasi, maka, akan sulit mencari pekerjaan untuk memenuhi kehidupan hidup keluarganya.

Pengakuan serupa disampaikan oleh Rohimah, pengungsi lain dari Dusun Sumberkajar.

Baca juga: Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Semeru Enggan Direlokasi

Menurutnya, meski bahaya mengintai, ia telah nyaman tinggal di Dusun Sumberkajar karena mulai lahir hingga dewasa hidup disana.

"Ya nanti kalau banjirnya sampai kena rumah dan parah direlokasi. Kalau sekarang kan belum. Ya kena tapi sedikit cuma genangan saja," ungkapnya.

Untuk diketahui, Dusun Sumberkajar di Desa Jugosari masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) II dalam pemetaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Baca juga: Khofifah Janji Pengerjaan Jembatan Kloposawit Lumajang Selesai dalam 2 Bulan

Sampai saat ini, pemerintah belum ada rencana untuk melakukan relokasi terhadap warga di Dusun Sumberkajar.

Namun, pemerintah mendesak kepada warga yang terdampak dan telah mendapatkan hunian relokasi untuk segera pindah ke Desa Sumbermujur.

"Yang sudah dapat rumah ya harus pindah, kita akan pastikan pasca ini secepatnya mereka pindah," tegas Bupati Lumajang Thoriqul Haq.

Diberi Kesempatan Kedua

Warga melintas di jembatan darurat Sungai Glidik, Selasa (11/7/2023)KOMPAS.com/Miftahul Huda Warga melintas di jembatan darurat Sungai Glidik, Selasa (11/7/2023)
Ali Mustofa (16) warga Dusun Besuki, Desa Tambahrejo, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masih diberi kesempatan kedua untuk hidup.

Bagaimana tidak, saat gelombang banjir lahar hujan menerjang Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, dan menghancurkan jembatan Sungai Mujur, Ali Mustofa tengah berada di jembatan itu dan hampir terseret banjir

Beruntung, Tofa, sapaan akrabnya, langsung meninggalkan sepeda motor miliknya dan lari dari kejaran gelombang banjir.

Baca juga: Detik-detik Banjir Besar Rusak Jembatan Penghubung Lumajang-Malang, Warga: Suaranya Bergemuruh

"Saya buka kunci itu gak bisa-bisa, waktu itu air sudah deket kayak yang satu meteran itu, pas ada yang bilang tinggalen pedahe (tinggalkan sepeda motornya) langsung saya buang motornya saya lari," ceritanya.

Dari kejauhan, Tofa menyaksikan langsung sepeda motornya digulung derasnya banjir lahar hujan Gunung Semeru.

"Ya kelihatan motornya keseret banjir, tapi untung saya bisa selamat," ceritanya.

Tanggap darurat

Bupati Lumajang Thoriqul Haq selanjutnya menetapkan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari sejak tanggal 7 Juni-21 Juni 2023.

"Saya sudah menetapkan tanggap darurat 14 hari. Tadi sudah saya tanda tangani dan saya tunjuk pak Sekda untuk memimpin satgas," kata Thoriq di Balai Desa Jarit.

Thoriq menjelaskan, pihaknya tengah memantau situasi cuaca untuk bisa menginventarisasi kerusakan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau