Salin Artikel

Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Darurat Mengerikan dan Kesempatan Kedua

Di antaranya, Jembatan Kali Glidik II di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jembatan Kloposawit dan Jembatan Gantung Kali Regoyo.

Selain itu, ribuan jiwa harus mengungsi dan enam ternak warga hilang. Walau cukup mengagetkan warga, bencana ini tidak sampai memakan korban jiwa.

Sejumlah masyarakat sempat kaget dengan bencana hidrometerologi yang menerjang tempat mereka tinggal dan beraktivitas.

Namun sebagian dari mereka memilih untuk memutar otak agar aktivitas tetap berjalan. Di sisi lain, ada warga yang enggan direlokasi meski tempat tinggalnya terdampak banjir. 

Seberangi Jembatan Darurat

Masyarakat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, misalnya, yang membangun jembatan darurat dari batang kayu. 

Warga mendirikan jembatan tersebut setelah jembatan Kali Glidik II yang menghubungkan Lumajang dan Malang hanyut karena diterjang banjir. Itu menyebabkan mobilitas warga menuju Malang terhenti. 

Warga membangun jembatan darurat dari batang kayu yang dibentangkan di atas aliran Sungai Glidik.

Namun, melintas di atas jembatan darurat yang hanya berjarak kurang dari satu meter dari aliran sungai itu ternyata cukup memicu adrenalin.

Sebab, selain jalannya yang sempit dan licin, arus air dibawah jembatan tampak cukup deras.

Khoiron, salah seorang warga Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang, yang melintas di jembatan darurat mengaku, cukup takut sebelum melintas.

"Ini kali pertama, ya ngeri juga rasanya, takut jatuh, tadi habis nengok keluarga di Pronojiwo ini mau balik, jalannya ya cuma ini gak ada lagi," kata Khoiron.

Wulan, pengendara lainnya yang berasal dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo,  juga merasakan ketakutan yang sama seperti Khoiron.

Namun, menurut Wulan yang paling membuatnya takut adalah saat menuruni jalan curam dan licin.

"Takutnya pas turun itu, kan ini pasir dipadatkan, banyak batu-batu juga licin, takutnya jatuh," jelasnya.

Wulan, setiap harinya bekerja sebagai penjaga toko telepon seluler di Kecamatan Ampel Gading. Mau tidak mau harus melintas jalan tersebut.

Pasalnya, tidak ada jalan lain yang bisa digunakan untuk sampai ke tempatnya bekerja.

Akses lain yang bisa digunakan adalah jalan alternatif via Kecamatan Tempursari. Namun, jaraknya cukup jauh dan harus memakan waktu lebih dari tiga jam.

"Ada jalan lain tembus Pujiarjo, tapi jauh, paling 3 jam baru sampai," jelasnya.

"Kami akan membangun kembali Jembatan Glidik II yang jalan nasional tadi yang saya gambar-gambar, kemarin saya dari sana sudah saya cek dan ini akan kita bangun jembatan permanen," kata Basuki saat meninjau kerusakan jembatan.

Basuki menjelaskan, awalnya, jembatan yang hilang dibawa arus banjir itu akan diganti dengan jembatan bailey. Namun, menurut dia, hal ini malah akan memperlama proses pembangunan ulang jembatan.

Nantinya, tinggi Jembatan Glidik II yang akan dibangun ulang akan ditinggikan 3,5 meter dari sebelumnya untuk mengantisipasi apabila banjir lahar kembali terjadi dengan intensitas yang besar.

Saat ini, rangka jembatan sudah dikirimkan ke Lumajang dan Malang. Sebab, nantinya pembangunan jembatan ini akan dilakukan langsung dari dua sisi.

Basuki menargetkan pembangunan jembatan ini akan selesai dalam waktu empat bulan.

Menurut Basuki, fondasi jembatan Kali Glidik ternyata tidak sampai menembus bebatuan yang ada di dasar sungai karena terdapat endapan lava.

Sehingga, saat diterjang banjir lahar dengan debit air yang besar dan membawa material vulkanik, jembatannya hancur.

"Ternyata ada endapan lavanya jadi pondasinya enggak bisa tembus. Kemarin kenapa hanyut mungkin karena pondasinya tidak tembus ke batu tapi nangkring di batu," kata Basuki

Alasannya beragam, mulai dari pekerjaan hingga terlanjur nyaman di tempat yang telah lama mereka tinggali.

Sofina, pengungsi asal Dusun Sumberkajar mengaku enggan jika pemerintah memutuskan untuk merelokasi warga ke Bumi Semeru Damai di Desa Sumbermujur.

"Ya kalau bisa jangan direlokasi, sudah enak disini (Sumberkajar)," kata Sofina di posko pengungsian Balai Desa Jarit, Minggu (9/7/2023).

Sofina berdalih, jika dipindahkan ke kompleks relokasi, maka, akan sulit mencari pekerjaan untuk memenuhi kehidupan hidup keluarganya.

Pengakuan serupa disampaikan oleh Rohimah, pengungsi lain dari Dusun Sumberkajar.

Menurutnya, meski bahaya mengintai, ia telah nyaman tinggal di Dusun Sumberkajar karena mulai lahir hingga dewasa hidup disana.

"Ya nanti kalau banjirnya sampai kena rumah dan parah direlokasi. Kalau sekarang kan belum. Ya kena tapi sedikit cuma genangan saja," ungkapnya.

Untuk diketahui, Dusun Sumberkajar di Desa Jugosari masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) II dalam pemetaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Sampai saat ini, pemerintah belum ada rencana untuk melakukan relokasi terhadap warga di Dusun Sumberkajar.

Namun, pemerintah mendesak kepada warga yang terdampak dan telah mendapatkan hunian relokasi untuk segera pindah ke Desa Sumbermujur.

"Yang sudah dapat rumah ya harus pindah, kita akan pastikan pasca ini secepatnya mereka pindah," tegas Bupati Lumajang Thoriqul Haq.

Bagaimana tidak, saat gelombang banjir lahar hujan menerjang Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, dan menghancurkan jembatan Sungai Mujur, Ali Mustofa tengah berada di jembatan itu dan hampir terseret banjir

Beruntung, Tofa, sapaan akrabnya, langsung meninggalkan sepeda motor miliknya dan lari dari kejaran gelombang banjir.

"Saya buka kunci itu gak bisa-bisa, waktu itu air sudah deket kayak yang satu meteran itu, pas ada yang bilang tinggalen pedahe (tinggalkan sepeda motornya) langsung saya buang motornya saya lari," ceritanya.

Dari kejauhan, Tofa menyaksikan langsung sepeda motornya digulung derasnya banjir lahar hujan Gunung Semeru.

"Ya kelihatan motornya keseret banjir, tapi untung saya bisa selamat," ceritanya.

Tanggap darurat

Bupati Lumajang Thoriqul Haq selanjutnya menetapkan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari sejak tanggal 7 Juni-21 Juni 2023.

"Saya sudah menetapkan tanggap darurat 14 hari. Tadi sudah saya tanda tangani dan saya tunjuk pak Sekda untuk memimpin satgas," kata Thoriq di Balai Desa Jarit.

Thoriq menjelaskan, pihaknya tengah memantau situasi cuaca untuk bisa menginventarisasi kerusakan.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/13/062642778/banjir-lahar-gunung-semeru-jembatan-darurat-mengerikan-dan-kesempatan-kedua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke