Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sugito, 15 Menit Bergulat dan Tangkap Buaya Sepanjang 2 Meter di Kediri

Kompas.com, 13 April 2023, 14:50 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com- Sugito (34) warga Desa Janti, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menceritakan detik-detik pergulatannya dengan buaya yang tak sengaja ditemuinya saat memancing ikan di Sungai Janti.

Sugito menuturkan, mulanya dirinya dan kakaknya yang bernama Mulik (40) berniat memancing ikan di sungai yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya itu, Rabu (12/4/2023).

"Itu sungai yang memang biasa untuk mancing. Kebetulan sudah lama enggak mancing," ujar Sugito pada Kompas.com, Kamis (13/4/2023).

Baca juga: Niat Mancing Ikan di Sungai, Kakak Adik Ini Malah Dapat Buaya 2 Meter

Saat asyik memancing, pandangan mereka teralihkan oleh gelombang. Seperti ada hewan yang berenang di bawah sungai.

Hewan yang mereka pikir biawak tersebut masuk ke sebuah lubang di dinding sungai yang berhulu di Gunung Kelud itu.

Hal itu membuat mereka penasaran dan antusias untuk mengetahuinya lebih jauh.

Baca juga: Buaya yang Ditemukan Berjemur di Sungai Oya Gunungkidul Ternyata Milik BKSDA, Lepas Akhir Maret Lalu

"Lalu lubangnya itu saya sogok-sogok (tusuk) pakai bambu dan hewannya keluar," lanjut pemuda dengan nama panggilan Unyil ini.

Tak dinyana, hewan yang dikira biawak itu rupanya adalah buaya. Itu mereka ketahui setelah hewan tersebut keluar dan lari menuju daratan.

Meski kaget bercampur takut, Sugito berupaya menangkap hewan itu karena khawatir membahayakan warga.


Bergulat dengan buaya

Sugito mengaku dirinya bukan pawang hewan, apalagi buaya. Dia menangkap buaya dengan tangan kosong dengan bermodal nekat. 

Mulik bergegas membekap bagian kepala disusul dengan Sugito yang melumpuhkan bagian ekornya.

Buaya jenis muara sepanjang dua meter itu sempat melawan bahkan pergulatan antar mereka terjadi hingga beberapa saat.

Dalam situasi itu, mereka mengambil kesempatan mengikat mulut buaya dengan tali karet yang mereka punya. Disusul dengan mengikat kedua kaki bagian depan maupun belakangnya.

"Paling sampai 15 menit. Buaya sempat melawan tapi akhirnya bisa kami lumpuhkan," lanjut pekerja serabutan ini.

Baca juga: Buaya Milik BKSDA Lepas dari Kandang dan Berkeliaran di Sungai Oya Gunungkidul, Kok Bisa?

Namun perlawanan buaya itu, Sugito mengungkap, tidak terlalu kuat. Dia menduga buaya tersebut tak begitu bertenaga karena kurang asupan makanan.

"Dari perutnya kecil banget. Kayaknya lapar dia," ungkapnya.

Keduanya lantas membawa pulang buaya ke rumah dengan cara memanggulnya.

Sesampainya di rumah, hewan karnivora itu pun sontak menjadi tontonan warga dan langsung viral di media sosial.

Muncul setahun terakhir

Sugito mengungkapkan, sungai selebar lima meteran itu memang bukan habitat buaya.

Namun sejak sekitar setahun terakhir, tiba-tiba banyak warga yang dikejutkan dengan kemunculan buaya. Jumlahnya diperkirakan lebih dari dua ekor.

Bahkan beberapa waktu sebelumnya, berjarak sekitar 600 meter arah hilir sungai, juga sempat ada buaya yang tertangkap warga lalu diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Kami tidak tahu itu buaya-buaya itu dari mana," ujarnya.

Keberadaan buaya yang cukup dekat dengan permukiman warga itu juga menjadi masalah tersendiri di lingkungan itu karena dianggap membahayakan.

Sehingga beberapa waktu lalu juga sempat dilakukan upaya penangkapan secara masif oleh petugas, yaitu dengan pemasangan beberapa jebakan. Namun hasilnya nihil.

Penjelasan BKSDA

Kepala Konservasi Wilayah BKSDA Kediri David Fathurohman membenarkan bahwa lokasi sungai tersebut bukan merupakan habitat buaya muara.

"Sangat kecil kemungkinannya buaya itu migrasi dari Sungai Brantas. Sebab lokasi Sungai Janti cukup jauh dari Sungai Brantas dan melewati permukiman warga. Kalau ada migrasi pasti ketahuan," ujar David.

Sehingga spekulasi yang ada dan hasil asesmen petugas yang sempat terjun lapangan untuk penanganan satwa, diperkirakan ada dua penyebab buaya itu berada di Sungai Janti.

"Bisa karena satwa milik warga yang terlepas atau juga satwa yang sengaja dilepas di sana," lanjutnya.

David juga membenarkan jumlah buaya yang berada di Sungai Janti itu diperkirakan lebih dari dua ekor.

Adapun terhadap biaya yang sudah berhasil ditangkap, masih kata David, akan diberlakukan standar prosedur penanganan yang ada. Yakni dilakukan observasi terhadap kondisinya dan dilakukan rehabilitasi jika membutuhkan.

"Kalau memungkinkan lepas liar, kita lepas liarkan. Atau bisa juga penanganan dititipkan ke lembaga konservasi." pungkas David.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau