Dengan jiwa nasionalisme itu, ia menghimbun para pribumi membentuk perkumpulan pencak silat.
Namun, upayanya tersebut dituduh hendak memberontak Belanda.
Untuk mengelabuhi Belanda, gerakan pencak silat diiringi dengan musik supaya Belanda tidak menaruh curiga.
Upayanya tersebut berhasil dan Belanda tidak curiga.
Baca juga: Tari Gandrung Asal Banyuwangi: Sejarah, Gerakan, dan Ciri Khas
Akhirnya, Sari Truno berhasil mewujudkan cita-cita ayahnya membuat tarian yang sesuai dengan budaya setempat pada tahun 1935.
Tarian tersebut berasal dari gerakan pencak silat dengan iringan musik dalam nuansa muslim gholiban. Dalam bahasa Arab gholiban berarti kebiasaan.
Ekspresi perlawanan dalam bentuk seni tersebut terwujud dalam bentuk tarian yang bernama Tari Glimpang.
Gerakan tari Glipang beberupa gerakan silat dan didominasi berupa gerakan patah-patah.
Tari Glipang yang merupakan pertunjukan kesenian yang dibagi menjadi tiga babak tarian.
Gerakan tari Glipang terbagi menjadi tiga gerakan, yaitu:
Tari Kiprah Glipang berupa tari pembuka seperti tari Remo dalam Ludruk yang menggambarkan prajurit akan menuju medan perang.
Gerakan tarian ini cenderung lincah, dinamis, dan tegas.
Ciri khas tarian ini memperlihatkan nafas yang besar sebagai rasa ketidakpuasan terhadap penjajah pada masa itu.
Kostum tari Kiprah Glipang menggambarkan prajurit yang kuat melawan penjajah di medan tempur.
Warna busana merah dan hitam sebagai lambang keberanian tidak kenal takut.