Yayak memanfaatkan rombong dagang cilok yang setiap hari digunakannya untuk mencari nafkah sebagai metode pendekatan kepada masyarakat agar menerima petugas pantarlih dengan tangan terbuka.
Tak disangka, metode ini membuat warga lebih senang dengan kehadirannya.
Bahkan, dagangan cilok miliknya pun laris manis diserbu warga yang telah selesai di-coklit oleh Yayak.
"Mereka (warga) malah senang, jadi kita coklit-nya ini juga enak kan," ujarnya.
Baca juga: Ketua PPS di Muratara Dikeroyok 2 Tetangganya, Berawal Adik Pelaku Tak Lolos Seleksi Pantarlih
Menurut Yayak, menjadi petugas pantarlih tidak mengganggu pekerjaan utamanya sebagai penjual cilok.
Bahkan, selama menjadi petugas pantarlih, dagangannya lebih cepat habis dibandingkan hari-hari biasanya. Sehingga, lebih cepat pula ia pulang dan berkumpul bersama keluarga.
"Secara penghasilan tetap sama, kalau habis itu kan dapat Rp 150.000. Tapi pas jadi pantarlih ini bedanya dagangan cepat habis, jadi pulangnya lebih awal," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Kalidilem, Khusnul Wahyuni mengatakan, yang dilakukan Yayak berjualan cilok sambil coklit data pemilih ke rumah-rumah warga merupakan kreativitas yang perlu ditiru.
Ia juga menyatakan, Yayak merupakan gambaran bersahabatan proses penyelenggaraan Pemilu 2024 dengan semua aktivitas utama warga.
"Ini kreatif, juga semangatnya ini patut dicontoh. Berjualan cilok sambil coklit ke rumah-rumah untuk menyukseskan pergelaran Pemilu 2024. Top pokoknya," ujar Yuni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.