Hingga 1973, Gunung Raung tercatat beberapa kali mengalami erupsi. Pada akhir 1973, seorang peneliti mengunjungi puncak Gunung Raung yang masih dalam keadaan normal dan menemukan bahwa hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di tengah dasar kawah.
Seluruh permukaan kerucut sinder Gunung Raung juga tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara dasar kawah.
Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat
Berdasarkan sejarah letusan Gunung Raung, periode erupsi terpendek antara 2 letusan adalah selama 1 tahun dan terpanjang mencapai 90 tahun.
Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis kegempaan, terhitung 29 Juli 2022,hingga 15 Januari 2023 tingkat aktivitas Gunung Raung masih berada pada Level II (Waspada).
Terdapat beberapa jalur pendakian Gunung Raung, yaitu via Sumber Wringin (Bondowoso) dan via Kalibaru, via Glenmore dan serta via Jambewangi (Banyuwangi).
Kini umumnya pendaki menggunakan jalur via Kalibaru, Banyuwangi menuju ke Puncak Sejati.
Dilansir dari laman Keluarga Pecinta Alam Magmagama UGM, Tim Wacaraung yang melakukan pendakian Gunung Raung via Kalibaru, Banyuwangi pada 2019 melewati 9 pos sebelum sampai ke Puncak Bendera.
Dari Puncak Bendera, Tim Wacaraung kemudian melanjutkan perjalanan yang cukup menantang ke Puncak Sejati.
Sebelum mencapai puncak tersebut, mereka akan melalui spot ekstrem yang diberi nama Jembatan Shiratal Mustaqim.
Jembatan Shiratal Mustaqim di Gunung Raung ini berupa sebuah jalan sempit dengan lebar sekitar 1 meter, dengan trek terjal dan berbatu yang diapit jurang di kanan-kirinya.
Jalur dengan tanjakan yang cukup panjang ini sangat berbahaya karena batu yang jatuh dapat melukai pendaki atau membuat pendaki terpeleset ke arah jurang, terutama jika tiba-tiba kabut tebal datang.
Hal inilah yang menjadi alasan disematkannya nama unik tersebut, karena kondisi ekstrem di spot ini disebut bagai Jembatan Shiratal Mustaqim.
Sumber:
vsi.esdm.go.id
magmagama.ft.ugm.ac.id
regional.kompas.com (Editor : Rachmawati)