Salin Artikel

Gunung Raung, Pemilik Jalur Pendakian Berjuluk Jembatan Shiratal Mustaqim

KOMPAS.com - Gunung Raung adalah nama sebuah gunung api kerucut yang berada di ujung timur Pulau Jawa.

Lokasi gunung api ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, di Provinsi Jawa Timur.

Gunung Raung memiliki 4 puncak yang biasa dituju pendaki yakni Puncak Bendera, Puncak 17, Puncak Tusuk Gigi, dan Puncak Sejati.

Puncak Sejati merupakan puncak tertinggi Gunung Raung yang berada di ketinggian 3.344 mdpl.

Hal ini menjadikannya gunung berapi tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno.

Dilansir dari laman Badan Geologi, Gunung Raung termasuk gunung api bertipe strato yang merupakan gunung tua dengan kaldera di puncaknya, dan dikelilingi oleh banyak puncak kecil.

Beberapa kelompok kerucut yang mengelilingi Gunung Raung adalah Gunung Suket (2.750 mdpl), Gunung Lempeh (2932 mdpl), Gunung Jampit (2.338 mdpl), di selatan Gunung Wates (2.796 mdpl), di barat Gunung Gadung (2.390 mdpl), dan Gunung Pajungan (2.352 mdpl).

Menurut Taverne (1926 dalam Djoharman, 1970) Gunung Suket dan Gunung Dampit berumur lebih tua dari Gunung Raung.

Sejarah Letusan Gunung Raung

Gunung Raung memiliki sejarah letusan dahsyat, salah satunya pada tahun 1586 dan 1597 yang menyebabkan korban manusia.

Bahkan letusan dahsyat pada 1638 diikuti banjir besar dan aliran lahar di Kali Stail dan Kali Klatak di wilayah Kerajaan Macan Putih.

Saat itu jatuh ribuan korban jiwa di kerajaan yang yang dipimpin Pangeran Tawangulun tersebut.

Sejak 1638 hingga 1902 tercatat adanya 16 kali kejadian erupsi. Hingga pada 16 Februari 1902, terpantau munculnya kerucut pusat di Gunung Raung setinggi 90 meter.

Tahun berikutnya terdengar suara gemuruh dan keluar bara api di bagian puncak pada tanggal 28 November 1903 hingga 2 Desember 1903.

Pada tahun 1921 kembali tercatat adanya aliran lava di kaldera sekitar bulan Februari hingga April 2921, dan pada tahun 1927 terdapat letusan berbentuk asap cendawan yang diiringi oleh hujan abu sampai sejauh 30 kilometer.

Selain itu terdengar dentuman bom yang dilontarkan sejauh 500 meter pada periode 2 Agustus 1927 sampai Oktober 1927.

Hingga 1973, Gunung Raung tercatat beberapa kali mengalami erupsi. Pada akhir 1973, seorang peneliti mengunjungi puncak Gunung Raung yang masih dalam keadaan normal dan menemukan bahwa hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di tengah dasar kawah.

Seluruh permukaan kerucut sinder Gunung Raung juga tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara dasar kawah.

Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat

Berdasarkan sejarah letusan Gunung Raung, periode erupsi terpendek antara 2 letusan adalah selama 1 tahun dan terpanjang mencapai 90 tahun.

Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis kegempaan, terhitung 29 Juli 2022,hingga 15 Januari 2023 tingkat aktivitas Gunung Raung masih berada pada Level II (Waspada).

Terdapat beberapa jalur pendakian Gunung Raung, yaitu via Sumber Wringin (Bondowoso) dan via Kalibaru, via Glenmore dan serta via Jambewangi (Banyuwangi).

Kini umumnya pendaki menggunakan jalur via Kalibaru, Banyuwangi menuju ke Puncak Sejati.

Dilansir dari laman Keluarga Pecinta Alam Magmagama UGM, Tim Wacaraung yang melakukan pendakian Gunung Raung via Kalibaru, Banyuwangi pada 2019 melewati 9 pos sebelum sampai ke Puncak Bendera.

Dari Puncak Bendera, Tim Wacaraung kemudian melanjutkan perjalanan yang cukup menantang ke Puncak Sejati.

Sebelum mencapai puncak tersebut, mereka akan melalui spot ekstrem yang diberi nama Jembatan Shiratal Mustaqim.

Jembatan Shiratal Mustaqim di Gunung Raung ini berupa sebuah jalan sempit dengan lebar sekitar 1 meter, dengan trek terjal dan berbatu yang diapit jurang di kanan-kirinya.

Jalur dengan tanjakan yang cukup panjang ini sangat berbahaya karena batu yang jatuh dapat melukai pendaki atau membuat pendaki terpeleset ke arah jurang, terutama jika tiba-tiba kabut tebal datang.

Hal inilah yang menjadi alasan disematkannya nama unik tersebut, karena kondisi ekstrem di spot ini disebut bagai Jembatan Shiratal Mustaqim.

Sumber:
 vsi.esdm.go.id  
 magmagama.ft.ugm.ac.id  
 regional.kompas.com  (Editor : Rachmawati)  

https://surabaya.kompas.com/read/2023/01/16/220255278/gunung-raung-pemilik-jalur-pendakian-berjuluk-jembatan-shiratal-mustaqim

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke