Salah satu dari pelaku lantas meminta ditunjukkan lokasi brankas tempat menyimpan uang tunai dan barang berharga.
Santoso mengaku, dirinya tidak memiliki brankas tempat menyimpan uang ataupun barang berharga di kamar rumah dinas. Hal itu dia sampaikan kepada kawanan perampok. Namun, mereka tidak percaya, dan melakukan penganiayaan terhadap Santoso.
"Brankas. Brankasnya Pak. (Brankas) bapak di mana?” ujar Santoso menirukan perkataan perampok.
“Lha saya kan selama ini tidak punya brankas. Karena brankas ini kan untuk menyimpan uang. Uang yang saya simpan ini tidak ada,” aku Santoso.
Baca juga: Tak Hanya Disekap, Wali Kota Blitar Juga Sempat Dianiaya Perampok
Namun, pelaku terus memaksa sembari menendang tubuh Santoso dengan menggunakan sepatu boots.
Meski mendapatkan tendangan bertubi-tubi ke tubuhnya, Santoso mengaku masih terus bertahan untuk tidak menunjukkan tempat dirinya menyimpan uang dan barang berharga.
Namun, akhirnya Santoso menunjukkan sebuah tas yang dia letakkan di lemari tempat dia menyimpan sejumlah uang. Dia mengaku terpaksa melakukan itu setelah kawanan perampok mengancam akan menelanjangi Feti, istrinya.
Baca juga: Polisi Dalami Mobil Pelat Merah yang Diduga Digunakan Perampok di Rumah Dinas Wali Kota Blitar
“Waktu itu sempat dia ngomong, kalau tidak segera menunjukkan, istri saya mau ditelanjangi. Dia ngancam seperti itu,” ujar Santoso.
“Saya berpikir, bagaimana keselamatan istri saya kalau sampai dia melakukan hal-hal yang tidak baik. Kan kasihan nanti,” tambahnya.
Kawanan perampok akhirnya mengambil sebuah tas yang di dalamnya terdapat uang tunai sekitar Rp 400 juta, jam tangan, telepon pintar, dan sejumlah perhiasan milik Feti.
Pelaku bahkan juga mempreteli perhiasan yang masih dikenakan oleh Feti, seperti kalung, gelang, dan cincin.
Setelah berhasil mendapatkan uang dan barang berharga lain milik Santoso, kawanan perampok menanyakan letak kamar anak-anak Santoso. Namun, dijawab oleh Santoso bahwa tidak ada satu pun dari dua anaknya yang tinggal di rumah dinas.